Bhinneka Tunggal Ika sebagai Pesan Menerima Perbedaan
PWMJATENG.COM – Indonesia adalah sebuah negara yang dibangun di atas keanekaragaman. Dengan lebih dari 17.000 pulau, 1.340 suku, dan 700 bahasa, Indonesia merupakan salah satu negara paling beragam di dunia. Di tengah-tengah keberagaman ini, semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu” menjadi landasan yang mempersatukan bangsa Indonesia. Semboyan ini tidak hanya sekadar ungkapan, tetapi juga merupakan pesan kuat untuk menerima dan merangkul perbedaan dalam berbagai aspek kehidupan.
Makna dan Pentingnya Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan nasional Indonesia yang tercantum dalam lambang negara, Garuda Pancasila. Semboyan ini diambil dari kakawin Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular pada abad ke-14. Dalam konteks sejarah, semboyan ini muncul sebagai simbol persatuan di tengah keragaman suku, agama, dan budaya yang ada di Nusantara. Semboyan ini mengajarkan bahwa perbedaan bukanlah halangan untuk bersatu, melainkan kekayaan yang harus dihargai dan dijaga.
Dalam konteks modern, Bhinneka Tunggal Ika memiliki relevansi yang sangat penting. Di tengah globalisasi dan perkembangan teknologi, masyarakat Indonesia semakin dihadapkan pada keberagaman dalam skala yang lebih luas, termasuk keberagaman budaya, agama, dan pandangan politik. Menerima dan menghargai perbedaan ini menjadi kunci untuk menjaga keharmonisan dan kedamaian di tengah masyarakat yang majemuk.
Tantangan dalam Menerapkan Bhinneka Tunggal Ika
Meskipun Bhinneka Tunggal Ika merupakan prinsip yang kuat, penerapannya dalam kehidupan sehari-hari tidak selalu mudah. Salah satu tantangan utama adalah meningkatnya intoleransi dan polaritas di kalangan masyarakat. Perbedaan pandangan, terutama dalam hal politik dan agama, sering kali memicu konflik dan perpecahan. Hal ini diperparah dengan adanya media sosial yang dapat memperbesar perbedaan dan menyebarkan informasi yang tidak akurat atau menyesatkan.
Selain itu, masalah diskriminasi dan ketidakadilan sosial juga menjadi tantangan dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika. Beberapa kelompok masyarakat masih menghadapi perlakuan diskriminatif berdasarkan identitas suku, agama, atau ras. Ini menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa prinsip Bhinneka Tunggal Ika benar-benar diterapkan dalam semua aspek kehidupan masyarakat.
Baca juga, Pancasila Bukan Jalan Kiri Bukan Jalan Kanan
Para ahli sosiologi dan antropologi sering kali menekankan pentingnya inklusivitas dan penghargaan terhadap keberagaman dalam membangun masyarakat yang harmonis. Salah satu teori yang relevan adalah teori pluralisme, yang dikemukakan oleh John Dewey, seorang filsuf dan pendidik Amerika. Dewey berpendapat bahwa pluralisme adalah fondasi penting dalam demokrasi, di mana perbedaan pandangan dan identitas harus dihargai sebagai bagian dari proses demokratis. Menurut Dewey, tanpa penerimaan terhadap perbedaan, demokrasi tidak akan bisa berjalan dengan baik.
Di Indonesia, Nurcholish Madjid, seorang cendekiawan Muslim terkemuka, juga menekankan pentingnya keberagaman dalam Islam. Dalam konsep “Islam Yes, Partai Islam No”, Nurcholish mengajarkan bahwa Islam harus bisa hidup berdampingan dengan agama dan kepercayaan lain dalam harmoni. Ia juga menegaskan bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah refleksi dari ajaran Islam yang menghargai perbedaan dan keragaman.
Membangun Masyarakat yang Menerima Perbedaan
Untuk mengatasi tantangan dan menerapkan Bhinneka Tunggal Ika secara efektif, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak.
Pertama, pendidikan menjadi salah satu kunci utama. Sekolah dan institusi pendidikan harus mengajarkan pentingnya keberagaman dan toleransi sejak dini. Kurikulum yang inklusif dan pembelajaran yang menekankan nilai-nilai persatuan di tengah perbedaan harus menjadi prioritas.
Kedua, peran media juga sangat penting dalam mempromosikan Bhinneka Tunggal Ika. Media massa dan media sosial harus bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi yang akurat dan tidak memecah belah. Program-program yang mempromosikan dialog antarbudaya dan agama perlu diperbanyak untuk memperkuat persatuan nasional.
Ketiga, pemerintah dan organisasi masyarakat sipil harus berkolaborasi dalam menciptakan kebijakan dan program yang mendukung inklusivitas dan keadilan sosial. Kebijakan yang adil dan tidak diskriminatif akan membantu memperkuat rasa persatuan dan kebersamaan di tengah perbedaan.
Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan yang memiliki arti mendalam dan relevansi yang kuat dalam kehidupan bangsa Indonesia. Sebagai pesan untuk menerima perbedaan, Bhinneka Tunggal Ika mengajarkan kita untuk menghargai keberagaman sebagai kekayaan yang harus dijaga, bukan sebagai pemecah belah. Meskipun ada tantangan dalam menerapkannya, dengan upaya bersama dari semua pihak, prinsip ini dapat dijadikan landasan untuk membangun masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan harmonis.
Editor : M Taufiq Ulinuha