Antitesis Keberagaman Kaum Pluralis
Antitesis Keberagaman Kaum Pluralis
Oleh : Rudi Pramono, S.E. (Ketua MPI PDM Wonosobo)
PWMJATENG.COM – Setiap Natal dan Tahun Baru, isu yang selalu muncul adalah tentang toleransi dan kemanusiaan, di bulan Desember ini pula Gus Dur, Presiden ke 4 dan dipandang tokoh pluralisme meninggal, sehingga momen Desember dan Januari menjadi momen sakral membicarakan tentang keberagaman.
Fenomena GusDurian disetiap kota menarik di kaji, setiap Desember mengadakan Haul Gus Dur mengundang kaum muda termasuk dari Muhammadiyah (IMM dan IPM) mengadakan diskusi kemajemukan, toleransi, demokrasi, dan kegiatan sosial kemasyarakatan
Kita juga faham gerakan pluralis ini lahir sebagai respon gerakan/pemikiran Islam ‘radikal/fundamentalis/tekstual’ mengusung syariah Islam dan situasi politik global, Islam vs Barat.
Baca juga, Keputusan Musypimwil Muhammadiyah Jateng Tahun 2024
Tidak ada yang salah ketika berbicara tentang demokrasi bahkan sangat setuju karena demokrasi di negeri ini sedang dikebiri oleh kekuasaan dan semua aktifitas lintas agama dalam ranah sosial seperti silaturahmi dan kegiatan sosial kemanusiaan kemasyarakatan.
Yang menjadi persoalan adalah ruh pemikirannya terkait kemanusiaan, keberagamaan dan toleransi seperti mengucapkan selamat natal, doa bersama, ibadah di gereja, peringatan tahun baru, salam lintas agama dikhawatirkan mengarah ke paham pluralisme dan relatifisme alias berpotensi pendangkalan aqidah (semua agama sama dan benar), ini sama saja dengan mempersamakan semua perbedaan yang justru menghilangkan keberagaman itu sendiri.
Ada ajaran prinsip yaitu tentang aqidah dan ibadah yang menjadi pembeda dalam keberagamaan dan ini dibutuhkan sebagai syarat keberagaman itu sendiri kecuali kalau tidak menghargai keberagaman itu sendiri dengan menyamakan semuanya.
Yang terjadi Antitesis Keberagaman, berjuang membela keberagaman namun keberagaman itu sendiri telah hilang. Wallahu a’lam.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha