PWMJATENG.COM, Surakarta – Turnamen Nasional I Tapak Suci Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) tidak hanya menghadirkan persaingan sengit, tetapi juga memberikan perhatian penuh terhadap keselamatan atlet. Dengan 1.000 peserta dari berbagai daerah, panitia menyiapkan layanan medis lengkap demi memastikan keamanan para atlet selama pertandingan yang berlangsung di Gedung Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS.
Salsabila Nafisah, mahasiswa Kesehatan Masyarakat UMS sekaligus panitia, mengungkapkan bahwa panitia bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menyediakan fasilitas kesehatan terbaik.
“Kami menggandeng BPJS Kesehatan serta RS Karima yang khusus menangani kasus ortopedi. Selain itu, ada dua dokter yang bertugas, tenaga medis dari Muhammadiyah Medical Center (MMC) UMS, serta dukungan komunitas fisioterapi yang kerap menangani atlet,” ujarnya, Rabu (29/1).
Pada hari pertama turnamen, dua atlet mengalami cedera serius hingga harus dirujuk ke rumah sakit.
“Salah satu atlet mengalami retak pada bagian leher, menyebabkan saturasi oksigen dan denyut nadinya menurun. Setelah mendapat pertolongan pertama, ia dirujuk ke RS Wonogiri atas permintaan keluarga. Selain itu, ada juga peserta yang mengalami patah tulang di tangan dan telah ditangani dengan baik oleh tim medis,” jelasnya.
Salsabila menambahkan bahwa kemarin ada kasus atlet dengan riwayat asma kronis yang tetap bertanding meski kondisinya tidak memungkinkan.
“Seharusnya atlet lebih memahami batas kemampuannya agar tidak membahayakan diri sendiri,” tegasnya.
Baca juga, Dinamika Perempuan Berkemajuan dalam Mewujudkan Indonesia Berkeadilan
Dari pihak MMC, Fernanda Tresha Safitri, perawat yang bertugas, menuturkan bahwa keberadaan tenaga medis sangat krusial dalam turnamen seperti ini.
“Ketika terjadi cedera, kami bisa langsung memberikan pertolongan pertama dengan cepat dan tepat. Selain MMC, tenaga medis dari Puskesmas Sambungmacan dan fisioterapis dari Fakultas Ilmu Kesehatan UMS juga turut serta dalam turnamen ini,” ungkapnya.
Menurut Fernanda, sebagian besar cedera yang dialami peserta adalah luka ringan dan syok akibat pukulan.
“Alhamdulillah, hari ini semua cedera masih bisa ditangani di lokasi. Beberapa peserta mengalami sesak napas karena tekanan mental setelah kalah dalam pertandingan,” tambahnya.
Sementara itu, Rahma Septiara, mahasiswa profesi fisioterapi UMS yang tergabung dalam IBES Physio, menjelaskan bahwa mayoritas cedera yang terjadi adalah ankle sprain dan sesak napas.
“Kami memberikan terapi ringan agar atlet bisa segera kembali bertanding. Sebagai fisioterapis, peran kami memastikan pemulihan atlet dengan cepat dan tepat,” ujarnya.
Panitia dan tenaga medis berharap agar para atlet lebih memperhatikan kondisi kesehatan sebelum bertanding.
“Dengan fasilitas medis yang lengkap dan kerja sama berbagai pihak, turnamen ini diharapkan menjadi contoh bagi event olahraga lainnya di lingkungan Muhammadiyah dan nasional,” pungkasnya.
Kontributor : Fika
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha