Akidah Muhammadiyah Bercorak Modernis
Akidah Muhammadiyah Bercorak Modernis
Oleh : Rudi Pramono (Ketua MPI PDM Wonosobo)
PWMJATENG.COM – Kajian Akidah dalam Islam secara umum tentang rukun iman dan rukun Islam, namun dalam bentang sejarah umat Islam setidaknya ada 2 poros diskursus besar antara paham akidah menurut Madzab Asy’ariyah dengan Madzab Salafiyah/ahlul hadis. Di mana posisi dan paham akidah menurut Muhammadiyah?
Dalam kitab Kifayatul ‘Awam karya Syaikh Muhammad Al-Fudhali diterangkan tentang Akidah Ahlussunnah terdiri dari 50 Akidah terbagi dalam 2 kelompok besar : Aqidah Ilahiyah terdiri dari 41 sifat yaitu : 20 sifat wajib bagi Allah, 20 sifat mustahil dan 1 sifat Jaiz. Dan Akidah Nubuwwiyah terdiri dari 9 sifat yaitu : 4 sifat wajib bagi rasul, 4 sifat mustahil dan 1 sifat Jaiz. Dalam Ahlus Sunnah wal Jama’ah akidah terbagi menjadi 3 : dzat, sifat dan af’al, sedangkan dalam fiqih mayoritas umat Islam Indonesia bermadzab Syafi’i.
Sementara itu Madzab akidah dalam Salafiyah terbagi menjadi rububiyah, uluhiyah dan asma’ wa sifat mereka kecenderungan tekstual dan literal misal tangan Allah ya tangan Allah tapi tidak perlu dibahas apakah tangan seperti tangan manusia atau tidak, termasuk Allah turun ke bumi di sepertiga malam tidak perlu dibahas turunnya seperti apa, mereka menolak takwil, bahwa tangan itu kekuatan/kekuasaan, Allah turun itu Rahmat Allah, dll berbeda dengan Aswaja yang menerima takwil. Namun kita tidak akan membahas dua poros tersebut secara mendalam karena debatable.
Aqidah dalam Muhammadiyah
Dalam HPT Jilid 1 Bab 1 tentang Kitabul Iman kepada Allah selain menerangkan Rukun Iman dan Rukun Islam, dalam halaman 26 menerangkan QS. Al Ikhlas ayat 2 yang menunjukkan tentang Allah pusat permohonan yang berarti Uluhiyah, dan ayat 3-4 : Tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada sesuatu yang menyamai-Nya, menunjukkan Sifat Allah. Masih di halaman 26 tersebut di QS. An Naml ayat 60 : “atau siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan telah menurunkan langit untukmu, lalu aku tumbuhkan dengan air itu beberapa kebun yang indah serasi, yang kamu tidak dapat tumbuhkan pohon2nya. Adakah Tuhan lain di samping Allah? Memang mereka itu orang-orang yang menyimpang.” Ayat ini menunjukkan af’al (perbuatan Allah). Jadi dalam konsep Muhammadiyah tentang Aqidah terdiri dari Uluhiyah, Sifat dan Af’al.
Terkait dengan perdebatan Madzab Asy’ariyah dengan Madzab Salafiyah tentang dzat Allah, dalam HPT memberikan keterangan yang menarik dan menunjukkan bahwa Muhammadiyah ‘salafiyah modernis’ Dalam HPT jilid 1 Bab Iman beserta dalil-dalilnya, diterangkan dalam halaman 14 : Perhatian : Allah tidak menyuruh kita membicarakan hal-hal yg tidak tercapai oleh akal dalam hal kepercayaan (QS. Al Baqarah : 286) sebab akal manusia tidak mungkin mencapai pengertian tentang dzat Allah dan hubungannya dengan sifat-sifatNya maka janganlah engkau membicarakan tentang hal itu. Tak ada kesangsian tentang adaNya. QS. Ibrahim : 10 “Adakah orang ragu tentang Allah ? Yang menciptakan langit dan bumi” QS. Syura : 11 : “Tidak ada sesuatu yang serupa denganNya.”
Baca juga, Telah Terbit! Download Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) 1446 H
Hadis dari Ibnu Abbas : “Pikirkanlah makhluk Allah dan jangan memikirkan dzatNya karena kamu tidak akan menduga kekuasaanNya.” Dari dari Ibnu Abbas juga dengan lain perkataan: Pikirkanlah kamu dengan keadaan makhluk dan jangan pikirkan keadaan Khaliq (Allah yang Maha Menciptakan) karena kamu tidak dapat mengukur kekuasaanNya.” (Diriwayatkan oleh Abu Syaikh). Dari hadis tersebut kita disuruh memikirkan makhluk Allah, guna membuktikan adaNya, kekuasaanNya dan kebijaksanaanNya.
Dari HPT tersebut pembagian tauhid dalam Muhammadiyah yang pertama diarahkan ke Uluhiyah semua berujung pada ibadah ditujukan kepada Allah dan kritik Muhammadiyah agar beribadah dan mohon kepada Allah bukan mohon kepada manusia yang telah meninggal ataupun benda2 secara ‘mistis’ tanpa dalil yang jelas. Sedangkan pembahasan tentang dzat Allah sudah ditutup oleh Al-Qur’an karena akal manusia tidak mampu menjangkaunya. Ma’rifat kepada Allah diarahkan untuk merenungkan ciptaanNya, ‘ayat-ayat kauniah’, observasi fenomena alam semesta yang kemudian dari riset ini melahirkan ilmu pengetahuan untuk menyempurnakan fungsi muamalah duniawiyah sebagai Hamba dan Khalifah Allah.
Dengan demikian Akidah dalam Muhammadiyah ada unsur Asy’ariah tapi bercorak tajdid. Teologi Muhammadiyah bersifat modernis berkemajuan, beda dengan teologi klasik yang tradisional dan teologi salafisme yang tekstual dan literal. Teologi Muhammadiyah tidak hanya ‘melangit’ tapi juga ‘membumi’ Pemikiran modern dalam Islam menurut para pemikir Barat sejauh mana Agama itu fungsional dirasakan manfaatnya bagi manusia dan peradaban. Wallahu a’lam.
Editor : M Taufiq Ulinuha