Sastra

Abu Bakar As-Shidiq – Sahabat Sejati Rasulullah dan Pemimpin Umat

Abu Bakar As-Shidiq – Sahabat Sejati Rasulullah dan Pemimpin Umat

Seri 1: Cahaya di Tengah Mekah

Oleh : Dwi Taufan Hidayat (Penasehat Takmir Mushala Al-Ikhlas Desa Bergas Kidul Kabupaten Semarang, Sekretaris Korps Alumni PW IPM/IRM Jawa Tengah, & Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas Kabupaten Semarang)

PWMJATENG.COM – Mekah, kota yang suci dan ramai oleh kafilah dagang, menjadi saksi kelahiran seorang bayi laki-laki yang kelak akan menjadi sahabat terdekat Rasulullah. Bayi itu bernama Abdullah bin Abi Quhafah, namun sejarah lebih mengenalnya sebagai Abu Bakar As-Shidiq. Ia lahir dari keluarga terpandang Bani Taim, salah satu suku Quraisy yang disegani. Ayahnya, Abu Quhafah, adalah seorang saudagar yang memiliki reputasi baik, sementara ibunya, Ummu Khair, dikenal sebagai wanita yang lembut dan penuh kasih sayang.

Sejak kecil, Abu Bakar tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan nilai-nilai kehormatan. Ia tidak pernah terjerumus dalam penyembahan berhala, meskipun Mekah saat itu dikuasai oleh praktik kemusyrikan. Berbeda dengan anak-anak Quraisy lainnya, Abu Bakar selalu menunjukkan kecerdasan dan akhlak yang luhur. Ia dikenal sebagai anak yang jujur, berjiwa pemimpin, serta memiliki kepekaan terhadap keadilan.

Sebagai putra seorang saudagar, Abu Bakar diperkenalkan dengan dunia perdagangan sejak usia belia. Ia kerap mengikuti ayahnya ke pasar Ukaz, Dzul Majaz, dan tempat-tempat lain yang menjadi pusat perdagangan di Jazirah Arab. Dari pengalaman inilah ia belajar tentang nilai kejujuran dalam berdagang, sebuah prinsip yang kelak akan menjadi landasan dalam kehidupannya.

Meski tumbuh di tengah kaum Quraisy yang terkenal dengan fanatisme terhadap berhala, Abu Bakar selalu merasa ada yang tidak benar dengan kepercayaan yang dianut kaumnya. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana patung-patung batu dipuja seolah memiliki kekuatan, sementara para penyembahnya tetap hidup dalam ketakutan dan kebodohan.

Ketika beranjak dewasa, Abu Bakar semakin dikenal sebagai pribadi yang disegani. Ia memiliki tutur kata yang lembut, tetapi tegas dalam pendirian. Ia juga mulai menjalankan bisnisnya sendiri dan sukses dalam waktu singkat. Dalam dunia perdagangan, ia tidak hanya dikenal karena kecakapannya, tetapi juga karena kejujurannya yang luar biasa. Tak heran, banyak pedagang lain yang merasa nyaman bekerja sama dengannya.

Selain sebagai saudagar, Abu Bakar juga dikenal sebagai seseorang yang memiliki wawasan luas. Ia menguasai sejarah suku-suku Arab, memahami silsilah keturunan mereka, serta mengetahui berbagai tradisi yang berlaku. Keahlian ini membuatnya dihormati oleh banyak orang dan sering diminta pendapat dalam berbagai urusan.

Di tengah kesibukannya, Abu Bakar memiliki satu persahabatan yang sangat berarti baginya—Muhammad bin Abdullah. Keduanya tumbuh bersama, bermain di jalanan Mekah, dan saling berbagi cerita. Abu Bakar selalu melihat ada sesuatu yang berbeda dalam diri Muhammad. Sifatnya yang jujur, tutur katanya yang lembut, dan sikapnya yang penuh kasih sayang kepada sesama membuat Abu Bakar merasa bahwa sahabatnya itu bukanlah manusia biasa.

Waktu terus berlalu, dan kehidupan Abu Bakar semakin mapan. Ia menikah dengan Qutailah binti Abdul Uzza dan dikaruniai anak-anak yang kelak juga berperan dalam sejarah Islam, di antaranya Asma’ binti Abu Bakar dan Abdullah bin Abu Bakar. Namun, di balik semua kenyamanan hidupnya, Abu Bakar selalu merasa ada kekosongan dalam hatinya. Ia mencari sesuatu yang lebih dari sekadar kesuksesan duniawi.

Pada suatu hari, kabar mengejutkan sampai ke telinganya—Muhammad, sahabat yang telah dikenalnya sejak kecil, mengaku menerima wahyu dari Allah sebagai seorang nabi.

Baca juga, Puasa sebagai Sarana Membersihkan Jiwa dan Raga

Tanpa ragu sedikit pun, Abu Bakar segera menemui Muhammad dan mendengarkan penjelasannya. Tidak seperti kebanyakan orang Quraisy yang meragukan kenabian Muhammad, Abu Bakar justru mempercayainya tanpa sedikit pun kebimbangan. Ia merasa inilah jawaban dari pencariannya selama ini.

Rasulullah berkata kepadanya dengan penuh keyakinan, “Wahai Abu Bakar, aku adalah utusan Allah yang diutus untuk menyampaikan agama yang benar. Tiada Tuhan selain Allah, dan aku adalah hamba serta rasul-Nya.”

Mata Abu Bakar berbinar. Ia tahu bahwa Muhammad bukanlah orang yang pernah berbohong. Tanpa bertanya panjang lebar, ia langsung mengucapkan syahadat, menjadi salah satu orang pertama yang memeluk Islam tanpa ragu.

Keputusannya untuk masuk Islam adalah titik balik dalam kehidupannya. Ia tidak hanya menjadi pengikut Rasulullah, tetapi juga sahabat terdekat dan penopang utama dalam perjuangan dakwah. Dengan keimanannya yang teguh, Abu Bakar mulai mengajak orang-orang terdekatnya untuk memeluk Islam, termasuk para saudagar, sahabat, dan bahkan budak-budak yang tertindas.

Namun, keputusan Abu Bakar bukan tanpa konsekuensi. Kaum Quraisy yang sebelumnya menghormatinya mulai memandangnya dengan penuh curiga. Mereka tidak bisa menerima bahwa seorang pedagang sukses dan terpandang seperti Abu Bakar mau meninggalkan kepercayaan nenek moyangnya demi ajaran yang mereka anggap asing.

Tekanan demi tekanan mulai berdatangan, tetapi Abu Bakar tidak goyah. Ia tetap berdakwah dengan penuh kelembutan dan keteguhan hati. Di saat yang sama, ia juga mulai mengorbankan hartanya untuk membantu perjuangan Islam. Salah satu tindakan pertamanya adalah membeli dan membebaskan budak-budak Muslim yang disiksa oleh majikan mereka, termasuk Bilal bin Rabah.

Ketika Bilal disiksa dengan dijemur di tengah terik matahari dan ditindih batu besar di dadanya, Abu Bakar datang dan berkata kepada majikannya, “Berapa harga budak ini? Aku akan membelinya.”

Majikan Bilal menertawakan Abu Bakar, lalu menyebutkan harga yang tinggi. Tanpa ragu, Abu Bakar membayar harga tersebut dan membebaskan Bilal. “Engkau sekarang adalah orang yang merdeka karena Allah,” katanya.

Perjuangan Abu Bakar baru saja dimulai. Ia tahu bahwa jalan yang dipilihnya tidak akan mudah. Namun, dengan keimanan yang teguh, ia siap menghadapi segala rintangan demi membela Islam dan Rasulullah.

(Bersambung ke Seri 2 – Ujian di Jalan Kebenaran)

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE