
PWMJATENG.COM — Peringatan Milad ke-113 Muhammadiyah yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah di Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU), Sabtu (22/11), menjadi ruang refleksi penting bagi gerakan Muhammadiyah dalam membaca dinamika bangsa. Dalam pidatonya, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed., menegaskan bahwa tema yang diangkat pada milad tahun ini—“Memajukan Kesejahteraan Bangsa”—bukan sekadar slogan, tetapi merupakan amanat konstitusi dan tuntunan agama yang harus diwujudkan melalui kerja nyata.
“Tema ini adalah narasi lain dari amanat Pembukaan UUD 1945: memajukan kesejahteraan umum. Muhammadiyah harus sejalan dengan upaya negara dalam mewujudkan kehidupan rakyat yang sejahtera,” ujar Abdul Mu’ti. Ia menegaskan bahwa seluruh amal usaha Muhammadiyah, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga pelayanan sosial, merupakan implementasi langsung dari spirit mensejahterakan bangsa.
Baca Juga: Refleksi Milad ke-113 Muhammadiyah: Abdul Mu‘ti Apresiasi Lompatan Kemajuan PWM Jawa Tengah
Mu’ti kemudian menggambarkan betapa besar kontribusi Muhammadiyah terhadap pembangunan nasional. Ia mencontohkan keberadaan 164 perguruan tinggi Muhammadiyah–‘Aisyiyah dengan sekitar 800 ribu mahasiswa yang menggerakkan ekonomi lokal. “Kita bisa melihat sendiri, kampus Muhammadiyah memunculkan kos-kosan, warung, usaha parkir, dan berbagai aktivitas ekonomi lainnya,” ungkapnya. Ia juga menyebut 126 rumah sakit Muhammadiyah yang terus memperluas jangkauan pelayanan bagi masyarakat.
Lebih jauh, Abdul Mu’ti menjelaskan bahwa makna kesejahteraan tidak boleh dipahami hanya sebagai kemajuan material. Mengutip doa Al-Baqarah 200–201, ia menyampaikan bahwa Islam mengajarkan hasanah fid-dunya sekaligus hasanah fil-akhirah. “Rezeki halal, kesehatan jasmani–rohani, keluarga bahagia, hingga keselamatan spiritual adalah bagian dari kesejahteraan yang harus diperjuangkan,” terangnya.
Baca Juga:
Menurut Mu’ti, dunia saat ini tidak sedang baik-baik saja. Krisis ekonomi global, meningkatnya angka gangguan kejiwaan, serta melemahnya kohesi sosial menjadi tantangan besar. “Banyak negara sejahtera, tetapi rakyatnya tidak bahagia. Karena itu kini muncul konsep well-being, manusia seutuhnya, sehat jasmani, sosial, dan spiritual,” jelasnya.
Ia juga mewanti-wanti munculnya tren generasi cemas serta meningkatnya jumlah masyarakat yang berjarak dari agama. “Islam tidak mungkin sirna dari muka bumi, tetapi bisa sirna dari bumi Indonesia,” ujar Mu’ti mengutip pesan KH. Ahmad Dahlan. Ia meminta seluruh elemen Muhammadiyah memperkuat dakwah yang memajukan kesejahteraan lahir–batin sekaligus meneguhkan nilai spiritual di tengah masyarakat modern.
Acara milad di Kudus ini dihadiri tokoh lintas agama, pimpinan ormas Islam, pimpinan partai politik, PDM se-Jawa Tengah, para direktur rumah sakit, pimpinan perguruan tinggi, serta berbagai jajaran AUM. Rangkaian refleksi tersebut menegaskan kembali posisi Muhammadiyah sebagai pilar penting dalam mewujudkan bangsa yang sejahtera, maju, dan berkeadaban.
Editor: Al-Afasy



