Abdul Mukti: Minal Aidin Wal Faizin Itu Ucapan Islam Nusantara
PWMJATENG.COM, KENDAL – Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mukti menilai kepada para ulama’ Indonesia tentang ucapan di hari raya iedul fitri, dan ucapan itu tidak ada di belahan dunia Islam lain, serta tidak ada dalam hadist Nabi, namun menjadi budaya di tanah air. “ Ucapan Minal Aidin Wal Faizin itu Islam Nusantara, di negara lain tidak ada. Itulah hebatnya ulama’ kita, membuat do’a – do’a dengan bahasa Arab yang sesungguhnya kreasi para ulama’ itu di dalam haditsnya tidak ada, ditambah kalimat mohon maaf lahir dan bathin, itu hanya di Jawa saja. Sedangkan sesuai hadist nabi ucapan di iedul fitri adalah taqobbalahu minna waminkum, semoga Alah menerima puasa dan amal kami dan puasa amal Anda, sebuah ucapan Rasulullah dan para sahabatnya setelah menjalankan shalat iedul fitri. “ demikian kata Mukti di hadapan jamaah halal bi halal PRM Rowosari Jum’at (21/6) di halaman Masjid Al Jihad.
Menurut Mukti ucapan minal aidin wal faizin adalah tradisi ke Islaman dan ke Indonesiaan yang masih ada atsarnya dari sunnah Rasulullah, tapi juga ada hubungan dalam kontek peradaban, kebudayaan Indonesia. “ Ini sebuah tradisi ke Islaman yang baik dan tidak perlu disoal dan dibid’ah – bid’ahkan, karena diinspirasi dalam ajaran Islam, tidak bertentangan dengan sunnah, dan perlu terus dilestarikan. ” lanjutnya dengan pertanyaan “Apakah mohon maaf di bulan Syawal salah ? tidak salah” jawabnya “ walaupun minta maaf tidak hanya khusus di bulan Syawal, tetapi yang penting adalah membuat momentum Syawal sebagai refreshing setelah satu bulan di Ramadhan dan mengambil hikmah halal bi halal dengan meningkatkan ibadah di bulan – bulan setelah Ramadhan.”
Masih tentang tradisi ke Islaman di Indonesia yang dinilai lebih ramai dibanding dengan Islam di luar negeri. “ Itulah yang kita sebut tradisi yang nilai dan inspirasinya berasal dari leluhur, bagaimana ulama memahami Islam dan menerapkannya sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia yang ada. “ ujarnya.
Dikatakan oleh Mukti, idul fitri sebagai momentum refreshing, menyegarkan kembali kepada spiritual kita. “ Selama Ramadan kita melakukan, tazkiyatun nafs, membersihkan jiwa . Memberikan power kepada spiritualitas kita , dan setelah Ramadhan kita menyegarkan iman dan taqwa. Setelah Ramadhan selesai kita mengisi kegiatan – kegiatan di hari – hari selanjutnya seperti yang dilakukan pada bulan Ramadhan, melaksanakan ibadah, sedekah dan amalan – amalan sholeh lainnya” katanya lagi.
Masih terkait setelah bulan puasa, alumnus Flinders University South Australia tersebut menjelaskan jangan sampai selesai Ramadhan kita semuanya off. Kita off kan sebentar kemudian direstart kembali untuk lebih baik. “ Karena itu ciri orang yang bertqwa disebutkan adalah mereka yang beriman kepada Allah dan orang yang berinfaq di jalan Allah “ jelasnya mengutip Al qur’an Surat Ali Imran : 134 ‘ (Yaitu) orang – orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang – orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang – orang yang berbuat baik ‘ ( A. Ghofur/MPI Kendal )