PWMJATENG.COM, Surakarta – Ketua Pusat Studi Penyakit Kronis Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Dwi Linna Suswardany, mencuri perhatian dalam konferensi internasional yang diselenggarakan di Beijing. Konferensi ini diselenggarakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bekerja sama dengan Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok, Administrasi Nasional Pengobatan Tradisional Tiongkok (NATCM), dan Pemerintah Kota Beijing. Kehadirannya semakin istimewa karena mendapat dukungan pendanaan dari WHO.
Partisipasi dosen UMS ini juga didukung oleh Program Hibah Kerja Sama Internasional yang dikelola Biro Kerja Sama dan Urusan Internasional (BKUI) UMS. Acara ini menjadi ajang penting bagi para ahli dan praktisi dari berbagai negara untuk membahas integrasi pengobatan tradisional ke dalam sistem kesehatan modern.
Mengusung tema “Diversity, Inheritance, and Innovation: Traditional Medicine for All”, konferensi ini bertujuan mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin ketiga, yakni kehidupan sehat dan kesejahteraan untuk semua.
“Konferensi ini menyoroti pentingnya memastikan praktik pengobatan tradisional yang aman, berbasis bukti, dan dapat diakses oleh masyarakat,” ujar Linna dalam wawancara pada Selasa (17/12).
Linna menegaskan bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk berperan aktif dalam memadukan pengobatan tradisional dengan pendekatan modern. Ia menambahkan, “Kolaborasi antara pengobatan tradisional dan modern tidak hanya soal inovasi, tetapi juga melestarikan warisan budaya yang bermanfaat bagi kesehatan masyarakat dunia.”
Tidak hanya hadir sebagai peserta, Linna juga didapuk menjadi pembicara dan menjadi salah satu anggota pendiri The Global Alliance of Traditional Integrative Medicine Societies. Aliansi ini berupaya mengintegrasikan pengobatan tradisional dan modern melalui kerja sama internasional, pertukaran akademik, inovasi ilmiah, dan pengembangan berkelanjutan sistem kesehatan global.
Baca juga, Resonansi Kebaikan untuk Masyarakat yang Berkeadaban
Keterlibatan UMS di forum internasional ini mencerminkan komitmen institusi untuk memperkuat peran akademisi Indonesia di tingkat global. Sebagai lembaga pendidikan tinggi, UMS berkomitmen mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai budaya luhur. Harapannya, langkah ini dapat memberikan kontribusi signifikan dalam membangun sistem kesehatan yang holistik, inklusif, dan berkelanjutan.
Pada hari terakhir konferensi, Wali Kota Beijing, Yin Yong, memimpin upacara penutupan. Zeng Yixin, Wakil Menteri Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok, menyampaikan pidato penutup yang menyoroti komitmen Cina dalam mempromosikan WHO Global Strategy for Traditional Medicine 2025-2034 dan membangun komunitas kesehatan global.
“Strategi ini menjadi fondasi kuat untuk kolaborasi internasional dalam pengembangan pengobatan tradisional,” ujar Zeng.
Rudi Eggers, Direktur Layanan Kesehatan Terpadu WHO, juga memberikan pidato inspiratif di hadapan lebih dari 1.200 peserta dari berbagai negara. Ia menekankan pentingnya inovasi dalam pengobatan tradisional untuk mendukung kesehatan global.
Beberapa isu strategis dibahas dalam konferensi ini. Pertama, integrasi pengobatan tradisional dalam sistem layanan kesehatan nasional. Kedua, pemanfaatan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI) untuk penelitian dan inovasi di bidang ini. Ketiga, standardisasi dan jaminan keamanan obat herbal guna menjamin manfaat yang optimal bagi masyarakat.
Dengan berbagai pembahasan strategis ini, Linna optimistis bahwa integrasi pengobatan tradisional dan modern dapat memberikan dampak besar. “Ini bukan hanya tentang menjaga kesehatan, tetapi juga tentang menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat global,” pungkasnya.
Kontributor : Fika
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha