Makna Tauhid dan Spirit Muhammadiyah ‘Kiri’
Makna Tauhid dan Spirit Muhammadiyah
Oleh : Rudi Pramono, S.E. (Ketua MPI PDM Wonosobo)
PWMJATENG.COM – Mungkinkah ada Muhammadiyah Kiri? Kalau diidentifikasikan secara umum mungkin ada, aktifitas sosial Muhammadiyah awal jelas menunjukkan bahwa Muhammadiyah pembela kaum tertindas proletar dalam bahasa sosialis atau mustad’afin dalam bahasa agama, pendirian PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) Panti Miskin adalah fakta hostoris dekatnya Muhammadiyah dengan kaum lemah, apalagi al ma’un menjadi legenda di Muhammadiyah, dalam sebuah forum resmi, Kiai Dahlan bahkan mengundang tokoh2 komunis (ISDV) Semaun dan Darsono untuk berbicara meskipun akhirnya berdampak pada beberapa pengurus Muhammadiyah mengundurkan diri.
Situasi kolonialisme saat itu memang piihan ideologi yang populer adalah sosialisme ada yang ‘nyrempet’ ke komunisne banyak tokoh seperti Sukarno, Cokroaminoto ‘mengunyah’ sosialisme dengan perspektif mereka sendiri. Termasuk kyai Dahlan dalam 17 kelompok ayat-ayat al qur’an yg diyakini sebagai tulisan beliau ada pembahasan mengenai Islam dan sosialisme.
Yang fenomenal dalam sejarah Kiai Misbach, seorang kiai merah yang menjadikan spirit sosialisme untuk menciptakan energi perlawanan dalam Islam, beliau tidaklah komunis karena menyakini kebenaran agama
Bagaimana dengan Islam itu sendiri? Kalau coba pelajari dari sesuatu yang mendasar dalam Islam yaitu tauhid, bahwa yang tertinggi yang Maha Besar adalah Allah swt yang berarti semua makhluknya kecil dan setara adanya perbedaan jabatan dan status sosial adalah dalam ranah muamalah. dalam Islam kita telah sangat paham..inna aqromakum ‘indallahi atqoqum, sesungguhnya orang yang paling di mulia disisi Allah adalah orang yang bertakwa salah satu ciri orang bertakwa adalah al adl bersikap adil lawan dari adil adalah zalim.
Baca juga, Pemimpin yang Suul Khuluq: Bahaya Bagi Umat dan Bangsa
Gagasan Tauhid Sosial Prof. Dr. Amien Rais layak dijadikan referensi bahwa kita ini satu kesatuan (unity) penciptaan, kemanusiaan, pedoman hidup dan tujuan hidup.
Dengan konsep kesetaraan dan kesatuan sebagai makna tauhid maka semua makhluk itu sama tidak boleh ada eksploitasi antara manusia yang satu dengan manusia yang lain karena perbedaan agama, ras, suku, etnis. materi, jabatan dll.
Prinsip kesetaraan dan kesatuan dalam Islam secara tidak langsung memunculkan semangat solidaritas dan egalitarianisme kaum lemah terhadap mereka yang menindas yaitu kaum oligarki kafir quraisy. Salah satu perlawanan mereka terhadap risalah yg dibawa Rasulullah karena faktor politik dan ekonomi selain risalah agama. Mereka merasa terancam supremasi politik dan ekonominya dengan kehadiran Rasullah, perbudakan pun dihapuskan, bila dibebaskan, kaum perempuan dimuliakan
Dalam sejarah kenabian sering ada figur penguasa yang zalim yang dilawan oleh nabi. Kezaliman Raja Namrudz dilawan oleh Nabi Ibrahim, Ketuhanan Raja Fir’aun dilawan oleh Nabi Musa, raja Herodest mengejar-ngejar Nabi Isa dan kaumnya dan rasulullah Muhammad saw menegakkan tauhid dan melawan hegemoni kekuasaan mereka dan membebaskan kaum lemah.
Jadi tauhid dengan konsep kesetaran dan kesatuan dalam Islam menjadi energi perlawanan terhadap kekuasaan yang menindas. Wallahu a’lam.
Editor : M Taufiq Ulinuha