Sirah Nabawiyah: Kelahiran dan Pendidikan Awal Nabi Muhammad Saw.
PWMJATENG.COM – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Muhammad Abduh Hisyam, dalam kajian rutin RS PKU Muhammadiyah Sruweng, mengampu kajian Shirah Nabawiyah. Pada edisi 2 Juli 2024, ia menjelaskan kehidupan Nabi Muhammad Saw. sejak masa kecil hingga dewasa, berikut rinciannya.
Kota Mekkah dikenal sebagai pusat perdagangan dan spiritual dengan Ka’bah, peninggalan Nabi Ibrahim dan Ismail, terletak di sana. Kaum Hanif, seperti Waraqah bin Zaid bin Amr dan Abdullah bin Harits, adalah kelompok yang tetap berpegang pada tauhid. Waraqah adalah tokoh Kristen dengan keyakinan yang kuat terhadap ajaran Nabi Ibrahim. Abdullah, ayah Muhammad, meninggal ketika Muhammad masih dalam kandungan ibunya, Aminah.
Kelahiran dan Masa Kecil Nabi Muhammad
Kesedihan Aminah karena kehilangan suaminya lenyap saat Muhammad lahir. Dalam tradisi, kelahiran Muhammad diibaratkan dengan cahaya yang menerangi istana-istana di Syam, meskipun ini hanyalah kiasan. Nabi Muhammad selalu menekankan bahwa dirinya adalah manusia biasa yang merasakan lapar, takut, dan sedih. Meskipun ada banyak kisah tentang mukjizatnya, intinya adalah bahwa Nabi Muhammad adalah manusia yang diberikan wahyu oleh Allah.
Kehilangan dan Pengasuhan
Pada usia enam tahun, Muhammad kehilangan ibunya saat berkunjung ke Yatsrib. Pengasuhnya, Barakah, mengantarkannya kepada kakeknya yang merawatnya dengan penuh kasih sayang. Namun, pada usia delapan tahun, kakeknya juga meninggal, membuat Muhammad menjadi yatim piatu. Dalam kesendirian, Muhammad sering merenung di padang pasir, mencari penghiburan dari Tuhan yang Maha Agung.
Pendidikan di Lingkungan Pedesaan
Saat bayi, Muhammad diasuh oleh Halimah Sa’diyah di desa yang memiliki cuaca lebih sejuk dibandingkan Mekkah. Di lingkungan pedesaan Badui, Muhammad belajar nilai-nilai keberanian, kejujuran, dan solidaritas yang tinggi. Orang-orang Arab Badui dikenal fasih dalam berbicara dan sering menyampaikan pesan penting dalam kalimat pendek. Meskipun banyak dari mereka tidak berpendidikan tinggi, mereka memiliki hubungan erat dengan nilai-nilai kuno dan syair-syair Arab.
Baca juga, Memahami Fenomena Hilal di Bawah Ufuk dalam KHGT
Masa Miskin dan Kemandirian
Kehidupan miskin dan yatim membuat Muhammad tidak bersandar pada orang dewasa. Ketika ia dewasa dan mulai bekerja, ia melamar Umu Hani, namun ditolak karena status yatimnya. Dalam Alquran, banyak ayat yang menekankan pentingnya memperhatikan anak yatim, seperti dalam Surat Ad-Dhuha ayat 6-10. Pengalaman hidup Muhammad sebagai anak yatim membuatnya sangat peduli dengan anak-anak yatim.
Pelajaran dari Alam dan Kehidupan Badui
Lingkungan padang pasir menempa seseorang menjadi pribadi yang bebas, rendah hati, dan mampu melupakan masa lalu. Muhammad sering merenung dan belajar dari fenomena alam, seperti terbit dan terbenamnya matahari. Keadaan ini juga mengajarkannya untuk toleran terhadap ketidakpastian, seperti pedagang yang tidak selalu mendapatkan hasil dari dagangannya.
Pengaruh dari Tokoh Tauhid
Waraqah bin Zaid dan Zaid bin Amr adalah dua tokoh yang memberikan pengaruh tauhid kepada Muhammad. Zaid bin Amr bahkan menegur Muhammad saat ia membagikan daging korban kepada berhala, menekankan bahwa hal tersebut bertentangan dengan ajaran tauhid. Pendidikan Muhammad juga dipengaruhi oleh nilai-nilai keberanian, kejujuran, dan tolong-menolong yang diajarkan oleh masyarakat Badui serta kasih sayang dari keluarga Bani Hasyim.
Kepedulian terhadap Alam
Karakter Muhammad yang dekat dengan alam terlihat dari rasa hormatnya terhadap lingkungan. Ia selalu mengamati dan merenungi alam, dan bahkan waktu salat pun disesuaikan dengan perubahan alam. Muhammad juga dikenal sebagai penggembala kambing, pekerjaan yang dilakukan oleh banyak nabi sebelum diutus. Pengalaman ini mengajarkannya untuk melindungi, menggiring, dan selalu waspada.
Kesimpulan
Pendidikan dan kehidupan awal Nabi Muhammad SAW dibentuk oleh berbagai faktor, termasuk lingkungan alam, nilai-nilai masyarakat Badui, dan kasih sayang dari keluarganya. Pengalaman hidup sebagai anak yatim dan pengaruh dari tokoh-tokoh tauhid membuatnya menjadi pribadi yang peduli terhadap anak yatim dan lingkungan. Muhammad tumbuh menjadi sosok yang memiliki keberanian, kejujuran, dan solidaritas tinggi, yang kemudian membentuk karakter beliau sebagai Nabi utusan Allah.
Editor : M Taufiq Ulinuha