Perkaderan Muhammadiyah Menyiapkan ‘Kader Elit’
Perkaderan Muhammadiyah Menyiapkan ‘Kader Elit’
Oleh : Rudi Pramono, S.E. (Ketua MPI PDM Wonosobo)
PWMJATENG.COM – Perkaderan Muhammadiyah merupakan sebuah proses tak pernah berhenti, upaya menjadikan seseorang/sekelompok orang menjadi Kader (penggerak inti organisasi) tidak mudah, meski bukan berarti sulit, setiap upaya harus terus dilakukan dan diperbaiki dari waktu ke waktu.
Ada 3 sisi perkaderan Muhammadiyah : peneguhan ideologi, pewarisan nilai dan pengembangan sumber daya kader. Prof Dr. H. Mukti Ali pernah menyatakan : “Baik buruknya organisasi di masa depan dapat dilihat dari baik buruknya pendidikan kader yang dilakukan saat ini”. (Ada pepatah petitih khas Muhammadiyah : “Sebelum patah telah tumbuh, sebelum hilang telah berganti, Kader adalah anak panah Muhammadiyah yang siap dilepaskan ke berbagai arah sasaran”
Basis Nilai Sejarah
Dalam bentang sejarah lebih dari satu abad Muhammadiyah telah mengajarkan paham keagamaan yang memberikan bukti, melayani umat dalam berbagai ragam kegiatan mulai dakwah, sosial dan pemikiran peradaban. Aktivitas keagamaan, keumatan dan kebangsaan ini menjadi basis nilai sejarah yang mengisyaratkan bahwa Muhammadiyah ingin menciptakan Kader Aktivis, ‘Kader Elit/Pimpinan’ yang akan melakukan transformasi sosial keagamaan untuk memajukan dan mencerahkan masyarakat luas
Bukan suatu hal yang mudah karena orang/warga masuk Muhammadiyah berharap mendapatkan ilmu agama, ketenangan batin, kenyamanan, kedamaian spiritual dan ‘akhirati’. Sementara yang diharapkan Muhammadiyah adalah Kader Aktivis baik di dalam organisasi maupun di masyarakat luas siap berjibaku dengan persoalan kemanusiaan, lingkungan hidup dan kehidupan luas dan itu rawan konflik, tidak nyaman dan butuh energi yang besar baik secara spiritual maupun teknis.
Dalam konteks ini kita patut khawatir tidak mendapatkan kader aktivis yang diharpakan atau kader yang lemah. “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka kuatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS An Nisa : 9) Kita diperintahkan untuk bertakwa dalam konteks perkaderan berarti kreatif, inovatif, inklusif transfornatif melakukan berbagai upaya menyiapkan kader aktivis Muhamadiyah yang religius dan militan menjadi penggiat aktif dalam pemikiran dan aktivitas nyata untuk mengatasi persoalan keagamaan, keumatan dan kebangsaan.
Kader Aktivis Ideologis
Mengapa perkaderan Muhammadiyah dalam rangka menyiapkan Kader Aktivis? Dalam sejarahnya Kyai Dahlan banyak melihat persoalan dan kebangsaan yang harus diatasi akibat kolonialisasi. Dalam masalah kejumudan, kebodohan dan keterbelakangan, Kyai Dahlan terbuka terhadap ‘produk ilmu pengetahuan’ dari orang asing dan ‘produk kultural’ bangsa sendiri. Ketika orang sakit ke dukun beliau terinspirasi oleh para dokter dan suster Nasrani yang mendirikan Rumah sakit sehingga Muhammadiyah mendirikan Klinik/PKU dengan dukungan dari dokter/suster yang Nasrani, demikian juga bantuan dari kaum nasionalis Jawa (Budi Utomo) dalam mendirikan organisasi Muhammadiyah dan Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah di teras rumah beliau, yang mengajarkan pelajaran agama dengan umum, kepanduan di Mangkunegaran menjadi inspirasi perkaderan berdirinya Kepanduan Hizbul Wathan. Juga kultur tradisional yang bersifat individual seperti ZIS dilembagakan, khotbah, tabligh, PHBI, masjid/musholla diperluas kemanfaatannya. PP Muhammadiyah menyampaikan bahwa amal saleh itu terus berubah, berkembang, bertransformasi (perubahan bentuk) sesuai kebutuhan umat, masyarakat luas dan perubahan jaman. ijtihad Amal Shalih harus selalu aktual dan kontributif untuk memajukan dan mencerahkan kehidupan.
Kreatifitas, inovasi inklusifitas dan transformasi menjadi energi dalam menyiapkan kader-kader Muhammadiyah, kader-kader Islam, Kader Aktivis, Kader Pelopor dalam rangka menunaikan amanah sebagai Hamba dan sekaligus Khalifah Allah.
Model Perkaderan
Training of Trainer adalah salah satu tools inovasi baru perkaderan fungsional untuk menyiapkan pelatih/instruktur yang telah aktif agar lebih meningkat kapasitasnya dalam mengelola Perkaderan Utama ( Darul Arqam, Baitul Arqam, Refreshing, dll) dengan berbagai metode : outbond, ceramah, diskusi, fatchul qulub, follow up, dll. Semua upaya perkaderan disistematisasikan dalam Sistem Perkaderan Muhammadiyah (SPM) yang menjadi acuan nilai dan konsep perkaderan di lingkungan Muhammadiyah termasuk UPP/Ortom/AUM tanpa mengabaikan kekhasan/kebutuhan aktual masing-masing Ortom/AUM dan tetap dalam koordinasi MPKSDI di setiap tingkatan.
Tujuan utama menciptakan Kader Ideologis dan Aktivis yang Istikomah, perlu ditajamkan dalam berbagai perkaderan Outbond merupakan model pembelajaran dari ‘Barat’ tidak semata gembira ria tapi ada makna yang harus terus ditanamkan dan diperkuat, demikian pula fatkhul qulub yang merupakan penguatan dari sisi spiritualitas dan teologi, juga ceramah, dialog dan diskusi perlu penajaman dan kajian komparatif dengan berbagai aliran/mazhab/organisasi yang lain sebagai bagian dalam rangka peneguhan ideologi. Selain itu juga soal efektivitas retorika, narasi, intonasi dalam penyampaian materi menjadi penting untuk suatu proses indoktrinasi ideologis. Terakhir FGD dan follow up terus dipantau dan dievaluasi sebagai bahan perkaderan berikutnya.
“Memang berat menjadi Kader Muhammadiyah, bimbang dan ragu lebih baik pulang” begitu kata Jendral Besar Soedirman.
Editor : M Taufiq Ulinuha