Polarisasi Nitizen Indonesia dalam Pusaran Konflik Iran-Israel
Oleh : Adam Aryo Gumilar*
PWMJATENG.COM – Invasi Israel di Palestina pada akhir tahun 2023 sampai hari ini mengakibatkan bencana kemanusiaan yang mengerikan. Mengutip dari Al Jazeera, Kementerian Kesehatan Gaza mengungkap jumlah warga Palestina yang tewas sejak invasi Israel di jalur Gaza enam bulan lalu setidaknya mencapai 33.797 orang. Jumlah ini juga menegaskan tingginya ancaman kematian yang membayangi warga Palestina akibat konflik berdarah yang urung usai.
Beringasnnya serangan mematikan Israel dalam beberapa bulan terakhir terhadap warga Palestina mengundang beragam respon dunia. Sejumlah negara seperti Indonesia mendukung gencatan senjata dan kebebasan Palestina seraya mengutuk Israel yang terus menerus melakukan gempuran lewat darat maupun udara.
Indonesia termasuk salah satu negara yang konsisten mendukung kemerdekaan Palestina. Sejak invasi Israel di pertengahan bulan Oktober 2023, netizen Indoneisa begitu gencar menggunakan platform media sosial sebagai alat membangun opini masyarakat dunia atas tindakan Israel yang tidak dapat dibenarkan. Dengan terus mengupdate situasi Palestina seperti membagikan dokumentasi foto dan video aksi kekejaman Israel. Upaya tersebut dinilai berhasil memancing reaksi netizen di seluruh dunia hingga banyak yang mulai mengutuk tindakan yang diakukan Israel atas rakyat Palestina.
Bahkan penggunaan emoji semangka sebagai simbol perlawanan mulai mewarnai berbagai unggahan media sosial dengan intensitas paling tinggi dari netizen Indonesia. Laju perkembangan teknologi informasi dunia yang sangat pesat justru membawa peluang bagi netizen Indonesia yang santer mengampanyekan dukungan solidaritas terhadap kebebasan Palestina. Peran sosial media yang dapat dengan mudah menembus sekat jarak dan waktu, cukup efektif untuk memengaruhi dan membentuk persepsi publik dunia terhadap situasi yang terjadi di Palestina.
Polarisai Netizen
Fakta Iran melancarkan serangan udara berkekuatan 300 rudal dan drone ke Israel membuka babak baru perang terbuka antara Iran dengan Israel. Seperti yang telah dikabarkan banyak media dalam maupun luar negeri, alasan Iran melakukan serangan itu adalah balasan atas tindakan Israel yang menyerang kantor konsulat Iran di Damaskus, pada awal April 2024 yang menewaskan 16 korban jiwa termasuk di antaranya dua Jenderal.
Hingga tulisan ini dimuat, tidak ada informasi pasti serangan udara Iran memakan korban jiwa dari pihak Israel. Mengutip dari CNN, bahkan militer Israel mengklaim berhasil menangkis hampir 99 persen dari 300 lebih serangan proyektil Iran. Hal ini seolah menegaskan jika sistem pertahanan Israel merupakan yang terbaik di dunia untuk saat ini.
Baca juga, Realita Guru Muhammadiyah di Tengah Gempuran Abdi Negara
Meski serangan tersebut tidak memakan korban jiwa, namun dampak dari serangan Iran tersebut saat ini semakin mempertegang situasi di kawasan Timur Tengah secara menyeluruh. Apalagi pasca serangan tersebut Rusia dikabarkan akan mendukung Iran jika perang dengan Israel terjadi yang membuat Amerika tidak akan tinggal diam. Semakin menarik karena situasi politik Amerika sedang memanas, di mana Donald Trump yang merupakan rival politik Joe Biden mulai melemparkan sendirian jika Biden tidak mampu mengendalikan situasi Timur Tengah.
Saat ini tidak sedikit negara-negara di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia menyerukan semua pihak untuk menahan diri. Dan terlepas dari Pemerintah Indonesia yang berupaya menengahi konflik Iran dengan Israel melalui langkah komunikasi dengan negara-negara terkait. Perbedaan sikap justru terjadi pada netizen Indonesia, sebagai negara dengan netizen paling loyal terhadap Palestina, justru tidak menjamin adanya dukungan terhadap sikap Iran yang menyerang Israel. Meski serangan yang dilakukan Iran seakan mewakili kegelisahan netizen yang geram terhadap kebiadaban Israel terhadap puluhan ribu nyawa melayang termasuk di antaranya adalah anak-anak.
Dalam kasus yang terjadi justru seakan ada polarisasi yang memecah suara netizen Indonesia. Setidaknya ada tiga golongan respon netizen atas situasi yang terjadi antara Iran dengan Israel.
Pertama, netizen golongan muslim Sunni konservatif, yang sangat tendensi terhadap golongan Syiah sebagai aliran sesat yang tidak bisa ditolerin. Faktanya Negara Iran memang merupakan negara dengan mayoritas Islam Syiah, apalagi pasca revolusi 1979 yang menjadikan Syiah sebagai aliran resmi.
Tentu persepsi yang muncul justru sebuah anggapan jika Iran hanya ingin mendapatkan simpati dari negara-negara dengan mayoritas Islam. Bahkan ada angapan jika konflik yang terjadi antara Iran dengan Israel merupakan skenaro yang sudah di desain sedemikian rupa dengan tujuan yang justru tidak berpihak kepada palestina. Karena menganggap jika Iran dan Israel sama-sama loyalis Amerika.
Bahkan menganggap jika yang pantas membebaskan Palestina hanyalah kaum Sunni sebagai yang mengikuti risalah Islam sesungguhnya.
Baca juga, Pastikan Transparansi dan Akuntabilitas, Lazismu Jawa Tengah Undergo Audit Keuangan Eksternal!
Kedua, netizen golongan progresif, netizen golongan ini justru tidak ingin tahu motif dan latar belakang Iran sebagai negara Syiah atau karena alasan apapun, yang terpenting Israel perlu perlawanan yang nyata dan seimbang sebagai hukuman atas yang dilakukan di Palestina.
Ketiga, golongan transformatif, meski menentang tindakan Israel terhadap Palestina, golongan ini justru tidak ingin terjadi konflik di Timur Tengah memanas dan meluas. Sehingga isu yang ingin diangkat golongan transformatif justru deeskalasi konflik antara Iran dan Israel. Setidaknya polarisasi yang terjadi memecah sikap netizen menjadi tiga golongan. Semuanya memiliki perspektif yang bermuara pada wacana teologis dan kemanusiaan yang tidak mungkin disalahkan atau dibenarkan.
Pada prinsipnya, menyikapi konflik peperangan adalah dengan sebuah panggilan nurani kemanusiaan. Bahwa hanya kehancuran dari sebuah peperangan, seperti yang dikatakan oleh Plato, jika hanya orang mati yang dapat melihat akhir dari sebuah tragedi perang. Sejatinya semua akan bersepakat jika tidak ada perang yang dapat mengakhiri semua perang, jika demikian mengapa harus berperang.
*Ketua Bidang Hukum dan Kebijakan Publik Pemuda Muhammadiyah Wonogiri.
Editor : M Taufiq Ulinuha