Kolom

PESAN MORAL PUASA RAMADHAN

Fathin Hammam Dhomiri

{Bendahara PDM Kab Tegal & Direktur Kajian LeNTera Tegal}

IBADAH puasa yang diperintahkan Allah SWT bisa di maknai dalam dua dimensi  Yang pertama dimensi kesholehan ritual, maknanya bahwa menjalankan puasa harus dilandasi karena keimanan, semata mata mengharap ridho dan pahala dari Allah SWT semata,  menjalankan puasa selama sebulan dengan tidak makan, minum, berhubungan suami istri dari terbit fajar (subuh) sampai tenggelamnya matahari (maghrib)  adalah bentuk ketaatan yang bertujuan agar kita menjadi orang yang selalu bertaqwa sebagaimana di firmankan Allah dalam sureat Al-baqoroh ayat 183.

kedua adalah dimensi kesholehan sosial. dalam bahasa arab, puasa bermakna al imsaak, maknanya menahan diri. Maka puasa harus dimaknai bukan semata mata menahan diri dari yang membatalkan, tapi lebih dari itu juga memberi pesan kepada kita untuk bisa menahan diri dari yang merusak nilai dan pahala puasa. Diantaranya menjaga dari fikiran , perkataan atau perbuatan yang mengandung unsur negatif, seperti berbicara bohong, kotor, jorok dan provokatif.  Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW : “ Barang siapa yang tidak meninggalkan perkatan dusta, melakukan kedustaan serta berbuat jahil,maka Allah ta’ala tidak butuh ia meninggalkan makannya dan minumnya (HR.Bukhori).

Tidak salah jika kita maknai kata “PUASA” dengan anonim seperti ini. “P”=Pikiran jangan yang negatif, “U”=Ucapan jangan bohong, “ A”= Aksi jangan yang tidak tidak, “S”= Sesama harus di hormati, “A”= Amal sholeh harus di perbanyak.

Dalam hadits lain, Rasulullah juga bersabda : “Puasa itu perisai, jika seorang diantara kalian berpuasa, janganlah berkata keji dan janganlah berkelahi, dan jika seorang mencelanya atau memusuhinya maka katakanlah aku sedang berpuasa (HR. Muttafaqun a’laihi).

Maka bisa difahami, puasa yang kita lakukan mengandung nilai habluminallah (hubungan transendental dengan Allah SWT)  dan habluminanaas (hubungan horisontal dengan sesama manusia) yang bila kita jabarkan secara singkat dengan tiga “P”.

“P” Yang pertama Pengendalian diri, puasa memberi pelajaran kepada kita bahwa segala sesuatu harus terkendali dan dikendalikan agar tidak liar dan berlebihan.

Dalam segala hal, orang yang tidak memiliki kendali diri atau rem, maka akan kebablasan dan berdampak pada kerusakan atau kehinaan. Beberapa contoh dalam kehidupan bisa kita buktikan, orang yang tidak mampu mengendalikan nafsu dunia,untuk hidup kaya dan foya foya maka akan melakukan korupsi dan menghalalkan segala cara dalam mencari harta, orang yang nafsu makan minumnya berlebihan dan tidak seimbang, maka cenderung akan bermasalah dengan kesehatannya. Demikian juga yang tidak mampu mengendalikan nafsu syahwatnya, maka akan terjerumus kepada perzinahan atau perselingkuhan. Pengendalian diri ini merupakan pesan moral yang harus difahami oleh kita yang sedang berpuasa.

“P” yang kedua adalah Penyucian diri, puasa yang dilakukan oleh kita merupakan langkah “tazkiatun nafs”, penyucian jiwa,  memberi kesempatan untuk melebur atau menghapus dosa dosa yang pernah kita perbuat. Bukankah selama 11 bulan diluar ramadhan kita sering berbuat salah dan dosa? Maka bagi yang melakukan puasa ramadhan selama sebulan atas dasar iman dan ihtisaaban, hanya mengarap pahala dari Allah, maka menurut Nabi, dosa dosa yang telah lewat akan di ampuni.

Selanjutnya “P” yang ketiga adalah Perubahan diri, berpuasa sejatinya akan membentuk diri kita memiliki sifat muroqobah, yaitu merasa diawasi oleh Allah SWT dimana dan kapanpun. maka dalam bulan ramadhan , kita cenderung lebih mudah berbuat kebaikan dan mudah menghindari kemaksiatan. Karena bagi yang sedang berpuasa, setidaknya 13 jam ada perasaan selalu diawasi oleh Allah (muroqobah) sehingga sekalipun sepi dan tidak ada manusia yang melihat tetap tidak akan makan minum.

Inilah esensi taqwa yang sebenarnya, yaitu selalu waspada dan hati hati agar tidak terjerumus kepada keburukan. Mental dan sikap ini tentu sangat positif jika bisa kita pelihara pasca ramadhan. Dengan puasa kita sedang ditraining menjadi menusia yang memiliki semangat berubah, yaitu berubah dari yang negatif menuju positif, dari maksiat berubah menjadi taat.

Demikian pesan moral bulan ramadhan, semoga kita bisa mengambil hikmahnya. Wallahu a’lam bishowab ( Penulis adalah mantan Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Tegal)

 

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE