Muhammad Taufiq Hassan, Sang Maestro Tiga Program Unggulan IPM Jawa Tengah
Oleh: Daei Aljanni*
PWMJATENG.COM – Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) merupakan gerakan dakwah dan gerakan literasi yang memiliki basis masa pelajar. Organisasi yang berdiri pada 18 Juli 1961 ini merupakan Organisasi Otonom (ORTOM) dari Persyarikatan Muhammadiyah. Sehingga tentunya dalam proses berjalannya akan tetap dan terus berpegang teguh kepada nilai-nilai yang dianut oleh Persyarikatan Muhammadiyah
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) tersebar ke seluruh penjuru Indonesia. Hadirnya IPM di tengah-tengah masyarakat dan pelajar diharapkan mampu memberikan perubahan baik dalam segi sosial maupun kontribusi lainnya. Maka dari itu sejak awal terbentuknya, IPM memiliki nilai-nilai yang harus selalu dipegangnya. Di antaranya adalah nilai keilmuan, keislaman, kekaderan, kemandirian, dan kemasyarakatan.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Jawa Tengah, sebagai salah satu pimpinan IPM tingkat wilayah di Provinsi Jawa Tengah, turut terlibat dalam social building tersebut. Organisasi yang dua tahun terakhir dinahkodai oleh Ainur Rosyid dan Muhammad Taufiq Hassan dalam prosesnya tentu tak sedikit kontribusi yang ditorehkan. Pasalnya, Muhammad Taufiq Hassan atau yang biasa disapa Hassan ini dalam kepemimpinannya mampu mencetuskan tiga program unggulan di IPM Jawa Tengah.
Jumat Seribu sebagai Gerakan Taawun dan Filantropi Pelajar
Program pertama yang menjadi inisiasi cerdas oleh seorang Hassan di Jawa Tengah adalah Gerakan Sedekah Jumat Seribu (Jumser). Gerakan yang berkolaborasi dengan LAZISMU Jawa Tengah ini merupakan gerakan yang berorientasi taawun dan filantropi di kalangan pelajar. Bertujuan untuk membantu pelajar yang mengalami kesulitan dalam hal ekonomi, yang mana hal tersebut dapat mengganggu akses pendidikannya. Maka dengan hadirnya program ini pelajar-pelajar yang terkendala dalam akses pendidikan, misalnya kesulitan dalam membayar SPP di tingkat SMP dan SMA karena faktor ekonomi menjadi sedikit terbantukan.
Sebagai gerakan taawun dan filantropi di kalangan pelajar, Gerakan Jumat Seribu (Jumser) ini sebenarnya dari pelajar kembali ke pelajar. Dana-dana yang terkumpul di Lazismu tersebut pada akhirnya selain untuk membantu akses pendidikan teman-teman pelajar, juga akan dialokasikan kepada bantuan-bantuan ekonomi yang lainnya. Tak menutup kemungkinan teman-teman pelajar yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi juga bisa mendapatkan bantuan tersebut apabila mengalami kendala dalam pembayaran SPP. Gerakan Jumat Seribu (Jumser) ini setidaknya telah membantu teman-teman pelajar mendapatkan akses yang sama atas orang lain. Baik akses pendidikan, maupun akses yang lainnya.
Beasiswa Dahlan Muda dan Hak Pendidikan untuk Pelajar
Program kedua yang ia inisiasi serta kawal betul kehadirannya adalah program Beasiswa Dahlan Muda di Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Berangkat dari keresahan akan hak pendidikan Pelajar Muhammadiyah, serta banyaknya kader potensial yang akhirnya tidak terakomodasi pendidikannya karena faktor ekonomi, akhirnya membuat Hassan berputar otak. Permasalahan (isu) pendidikan memang menjadi Main Issue di IPM. Dan salah satunya adalah perihal tidak berlanjutnya pelajar ke pendidikan tinggi selanjutnya.
Dengan berbekal konsep dan Grand Design yang matang tentang skema beasiswa, Hassan mencoba mengomunikasikan idenya ke seluruh jajaran Rektor Perguruan Tinggi Muhamamdiyah yang ada di Jawa Tengah. Serta juga berkomunikasi lebih lanjut kepada Ayahanda PW Muhammadiyah Jawa Tengah. Banyak apresiasi yang diterima. Sehingga pada hari ini cukup banyak pelajar-pelajar yang menerima beasiswa tersebut dan dapat melanjutkan jenjang pendidikannya ke Perguruan Tinggi.
Terintegrasinya Program Jumat Seribu dan Program Beasiswa merupakan ikhtiar Hassan bersama IPM Jawa Tengah untuk memastikan pelajar-pelajar Muhammadiyah di Jawa Tengah mendapatkan akses yang sama berkaitan dengan pendidikan. Barangkali ada yang belum terakomodir di program beasiswa, ia dapat terakomodir dan terbantukan melalui program Jumat Seribu, sehingga pendidikan dapat terus dilanjutkan.
Rumah Kader sebagai Griya Berdikari
Tak hanya mengupayakan dan mengawal program Beasiswa Dahlan Muda, Hassan juga mengupayakan untuk dihadirkannya Rumah Kader sebagai basis kegiatan kader yang telah mendapatkan beasiswa tersebut di masing-masing Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Gerakan-gerakan Sosial dan Kemasyarakatan akan dengan mudah teraktualisasi melalui perantara Rumah Kader tersebut. Sampai pada hari ini, Rumah Kader yang tersebar ke seluruh Jawa Tengah tersebut kian bertransformasi sebagai Rumah Baca Komunitas dengan program-program inovatifnya.
Hadirnya Rumah Baca Komunitas tentu memperluas dakwah gerakan literasi IPM khususnya di Jawa Tengah. Dengan melibatkan pada kader yang mendapatkan beasiswa Dahlan Muda maka gerakan literasi dan sosial akan lebih masif dan membumi. Terbukti, gerakan literasi yang dirancang pada akhirnya dapat menyentuh lapisan paling bawah pada masyarakat, seperti hadirnya bimbingan belajar (Bimbel) gratis untuk adik-adik, TPQ dan kegiatan Rumah Kader yang lain.
Sebagai penyatuan seluruh rumah kader di Jawa Tengah, Hassan membentuk Transid (Sentra Transformasi Peradaban) sebagai forum ukhuwah dan silaturahim seluruh jaringan Rumah Baca di Jawa Tengah. Selain dari pada itu, Transid juga sebagai forum pencetus gagasan dan ide dalam Gerakan-gerakan inovatif nan solutif rumah baca kedepannya.
IPM Jawa Tengah, Berdaya dan Berkarya Bersama
Melalui Hassan, IPM Jawa Tengah telah membuktikan dirinya. Selalu bergerak dan berinovasi serta selalu melekatkan diri kepada nilai-nilai ideologis. Bahkan nilai-nilai ideologis tersebut menjadi fundamental Program Unggulan dan diejawentahkan oleh IPM Jawa Tengah, khususnya oleh Hassan sebagai inisiator Program Unggulan ini untuk lebih membumi dan menjadi alternatif solusi atas problematika yang dihadapi oleh pelajar maupun masyarakat secara umum.
*Sekretaris Bidang Perkaderan PW IPM Jawa Tengah
Editor : M Taufiq Ulinuha