Apa Ya Tega?
Oleh : Ikhwanushoffa*
PWMJATENG.COM – Kita pasti bersyukur kurban di masjid kita berlimpah. Hal itu menandakan kesadaran umat meningkat. Namun, tahukah Anda masih banyak daerah-daerah terpencil yang kurbannya amat sedikit? Sebagian karena memang kesadaran kurang, namun tidak sedikit pula karena memang daerah itu teramat miskin. Apa ya tega, kita bergembira hewan kurban melimpah di tempat sendiri, namun di sana-sana hanya mampu dimasak bareng tanpa ada daging yang bisa dibawa pulang?
Kita pasti bersyukur pembagian daging kurban yang banyak. Para penerima manfaat menerima daging yang tidak cuma patut, bahkan berlimpah. Sehingga mampu bertahan di kulkas hingga berbulan-bulan. Bisa dibuat bakso hingga berkilo-kilo. Galantin bergulung-gulung. Namun, tahukah Anda banyak yang hanya menerima sedikit bahkan tidak sama sekali. Bukan karena panitia kurban pelit, tetapi hewan qurban yang disembelih memang tidak berbanding dengan jumlah umat. Apa ya tega, kita bergembira di kulkas bersarang berkilo-kilo daging kurban, sedang di sana-sana hanya bisa turut makan bersama?
Kita pasti bersyukur ketika panitia kurban di masjid kita mampu menghimpun hewan kurban yang berlimpah. Sehingga puluhan bahkan ratusan personil panitia bisa terlibat. Namun, tahukah Anda masih terlalu banyak masjid-masjid di pinggiran yang hewan kurbannya amat sedikit. Sebagian karena memang dakwah Islamnya tidak maju, namun lebih banyak karena faktor kemiskinan. Apa ya tega, kita membangga-banggakan melimpahnya hewan kurban di masjid kita, tetapi di sana-sana hanya mampu menghimpun dua tiga kambing untuk satu kampung?
Baca juga, UMKU Dukung Resiliensi Berkemajuan LRB PP Muhammadiyah
Kita pasti besyukur makin meningkatnya kesadaran berkurban umat Islam. Namun hal itu tentu tak boleh meninggalkan hakikat dari kurban itu sendiri. Kurban disyari’atkan Allah Swt. melalui Kholilullooh Ibrahim As. sebagai simbol pemotongan nafsu-nafsu hayawan yang bersarang dalam diri manusia, sekaligus ajaran untuk menegakkan akal dalam menggembirakan agama. Maka aneh bila kurban malah disertai hawa nafsu. Bangga-banggaan, bahkan pamer. Kurban menuntut akal bekerja optimal supaya peribadatan ini tidak lepas dari hahikatnya.
Bila memang kurban di tempat kita telah melimpah, bersiaplah untuk berkorban lebih lanjut. Bawalah hewan kurban ke tempat-tempat yang lebih membutuhkan. Tidak cuma di masjid-masjid terpencil, bahkan di tempat-tempat bencana yang hampir tiap tahun hadir di negeri ini. Bagaimana caranya? Ikutlah Program RendangMu! Bismillah, Anda telah menumbuhkan peran akal sesuai pesan kurban dengan memaksimalkan manfaat kurban. Dan anda juga memangkas nafsu yang coba-coba mengganggu, karena Anda tidak akan berkesempatan pamer hewan kurban pada tetangga. Wallaahu a’lam.
*Manajer Area Lazismu Jawa Tengah
Editor : M Taufiq Ulinuha