Harus Diisi Pandu Muda! Ayo HW Bangkit Beneran!
Oleh : Muhammad Taufiq Ulinuha*
PWMJATENG.COM – Pasca terselenggaranya Muktamar ke 48 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, organisasi otonom Muhammadiyah (Ortom) mulai mempersiapkan proses reorganisasinya. Diawali oleh Nasyiatul ‘Aisyiyah (NA) pada Bulan Desember 2022, Pemuda Muhammadiyah (PM) pada Februari 2023, kemudian akan dilanjutkan dengan Muktamar Hizbul Wathan (HW) pada Juli 2023, seterusnya Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
Di tataran provinsi, semua organisasi otonom juga mulai mempersiapkan diri. Hal ini mengingat, 1) Seluruh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) se Indonesia sudah selesai menggelar Musyawarah Wilayah (Musywil). 2) Di tahun ini (juga) sebagian besar Ortom tingkat pusat sudah menggelar Muktamar.
Untuk menyongsong kepemimpinannya, Pimpinan Muhammadiyah di level pusat dan wilayah sebagian besar diisi oleh generasi muda. Maka, tidak ada salahnya jika Ortom juga berlaku demikian, khususnya Kepanduan Hizbul Wathan (HW). Mengapa HW? Karena HW merupakan salah satu Ortom–dari dua Ortom–yang hirarki organisasinya tak mengenal batas usia. Istilah Eyang Moeslimin Allahuyarkham, “Tekek nggondhol lawe, sampek tuwek melu HW.”
Kebesaran Masa Lalu Vs Realita Hari Ini
Tak ada yang menyangkal bahwa sejarah mencatat kebesaran HW di masa lampau. Terbukti banyak kader yang dilahirkan dan berproses hingga akhirnya menjadi orang besar. Sebut saja Panglima Besar Jendral Sudirman, Ki Bagus Hadikusuma, Prof. Abdul Kahar Muzakir, Mr Kasman Singodimejo, Haji Adam Malik, Kyai Haji M. Yunus Anis, Jenderal Besar TNI M. Soeharto, Kyai Haji Dimyati, Surono, Sunandar Priyo Sudarmo, H.M. Sarbini, Syarbini, dsb. (Dikutip dari berbagai sumber).
Tokoh-tokoh besar di atas dapat kita cari rekam jejaknya dalam memperjuangkan dan membela Tanah Air. Kapasitas dan kemampuan yang mereka dapatkan selama ber-HW menjadi bekal yang luar biasa ketika mereka berproses menjadi tokoh nasional.
Yang menjadi ironi adalah, siapa tokoh besar sekaliber tokoh-tokoh di atas yang HW lahirkan pada dua dekade terakhir? Tak mudah menjawabnya bukan? Barangkali kita harus membuka curriculum vitae tokoh-tokoh nasional hari ini. Barangkali terselip catatan bahwa mereka pernah berproses di Kepanduan HW. Apakah HW kehilangan kemampuannya mencetak tokoh besar? Entahlah! Biarkan waktu yang menjawab!
Pramuka Aja Udah Move On, Kenapa HW Enggak?
Berbicara mengenai Kepanduan Praja Muda Karana (Pramuka) yang berdiri di era Soekarno, banyak yang mengaitkan berdirinya kepanduan ini atas campur tangan Kepanduan HW. Di beberapa kesempatan, banyak Pandu Wreda yang menceritakan sedikit banyak campur tangan HW dalam proses kelahiran Pramuka. Yang menjadi focal point adalah, Pramuka hari ini (secara struktural) banyak diisi oleh ‘Cikal’ bukan ‘Krambi Tuwo’. Apakah benar demikian?
Coba kita lihat struktur Kwartir Nasional (Kwarnas) Pramuka. Ketua Kwarnas Pramuka Kak Budi Waseso (Komjen. Pol. Drs. Budi Waseso), saat ini berusia 63 tahun. Sekjen Kwarnas Kak Bachtiar Utomo (Mayor Jenderal TNI Dr. Bachtiar Utomo, S.I.P., M.A.P.) juga seusia Kak Budi Waseso. Bendaharanya, Kak Afan A Nugroho juga tak terpaut jauh usianya. Wakil Ketua Kwarnas juga rata-rata usianya sama seperti Ketua, Sekjen, Bendahara Kwarnas. Kak Achmad Rusdi (65), Kak Sri Puryono (63 tahun), Kak Hasto Pratisto Yuwono (61 tahun), Kak Yuniar Ludfi (60 tahun), Kak Budi Prayitno (53 tahun), Kak GKR Mangkubumi (51 tahun). Kak Sigit Muryono, Kak Berthold Sinaulan, dan Kak Yulius yang tak penulis temukan profilnya juga rata-rata berusia 60an. Hanya ada satu sesepuh di jajaran Kwarnas Pramuka, yakni Kak Joko Mursitho (75 tahun).
Baca juga, Darah Segar Mengalir di Jawa Tengah
Selanjutnya coba kita cek struktur Kwartir Pusat (Kwarpus) HW, yang mana HW sudah ada sejak Indonesia belum merdeka. Kwarpus HW saat ini dipimpin oleh Ramanda Endra Widyarsono, setelah sebelumnya Ramanda Muchdi Purwoprandjono (74 tahun) mengundurkan diri. Tercatat pada website Kwarpus HW, terdapat 15 Anggota (Pimpinan) Kwarpus HW, yang beberapa di antaranya sudah berpulang, seperti Ramanda Rasyid dan Ramanda Moeslimin. Kwarpus HW sendiri memiliki Anggota (Pimpinan) yang bervariasi (usianya), mulai dari 50-an hingga 80-an.
Sebenarnya usia tidak menjadi masalah untuk seseorang berkiprah dalam dunia kepanduan. Toh, kepanduan tidak mengenal batasan usia yang menjadi barrier bagi seseorang untuk berkiprah. Namun, akan menjadi lebih baik ketika ‘senior’ dan ‘junior’ di dalam kepanduan itu berkolaborasi, khususnya di dalam struktur kepemimpinan.
Bijaknya Pandu ‘Senior’ dan Gesitnya Pandu ‘Muda’ : Kolaborasi Epic
Persyarikatan Muhammadiyah hari ini telah memberikan contoh bagaimana ‘darah segar’ turut berkiprah di dalam struktur kepemimpinan, sebagaimana telah penulis sampaikan sebelumnya. Sosok pemuda yang semangatnya membara dan ide-idenya yang cemerlang menjadi salah satu poin plus dari kepemimpinan persyarikatan hari ini. Ini yang barangkali disebut dengan kolaborasi.
Roucek dan Warren mengartikan kolaborasi sebagai upaya bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Ia adalah suatu proses sosial yang paling dasar. Biasanya, kolaborasi melibatkan pembagian tugas, di mana setiap orang mengerjakan setiap pekerjaan yang merupakan tanggung jawabnya demi tercapainya tujuan bersama.
Bijaknya ‘senior’ di dalam kepanduan ditambah gesitnya ‘junior’ akan menjadikan suatu kolaborasi yang baik dan epic. Barangkali ide ini bisa menjadi autokritik bagi kepanduan yang kita cintai. Bukan tidak mungkin, ke depan HW akan kembali melahirkan tokoh-tokoh nasional. Wallahu a’lam.
*Ketua DSW Kwarwil HW Jawa Tengah Periode 2021-2023