Dokter dan Perawat RS Muhammadiyah dan Aisyiyah se-Jateng Ditempa Menjadi Tim SAR di Gunung Muria
PWMJATENG.COM, KUDUS – Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) Muhammadiyah / Muhammadiyah disaster Management Center (MDMC) Jawa Tengah kembali menggelar pendidikan dan latihan SAR (search and rescue) di Lereng Gunung Muria Kudus dan waduk Gembong Pati selama tujuh hari. Namun kali ini ada yang beda karena peserta adalah dokter dan perawat rumah sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah se-Jawa Tengah.
Menurut Ketua MDMC Jateng, Naibul Umam, “Diklat ini merupakan tindaklanjut dari MoU yang ditandatangani bersama MDMC dan MPKU Jawa Tengah. Kami sepakat untuk melakukan kegiatan peningkatan kapasitas personil dan kelembagaan terutama rumah sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah”.
Diklat yang mengambil lokasi di alam bebas dan cenderung ekstrim ini merupakan pengalaman pertama bagi para dokter dan perawat. “80% peserta Diklat ini belum pernah mendaki gunung apalagi berenang di waduk. Bagi kami para instruktur ini juga pengalaman pertama kali menangani dokter dan perawat”, tegas Fathul Faruq selaku coordinator instruktur.
Konsep Diklat SAR MEDIS ini di ilhami oleh sejarah pendirian PKO oleh Kyai Sujak. Muhammadiyah bergerak atas dasar kemanusiaan, kerelawanan dan profesionalisme. Dalam hal bekerja menolong manusia maka tidaklah cukup hanya sekedar niat menolong tetapi juga harus dibekali dengan ilmu dan ketrampilan yang cukup serta mental yang memadai. Dalam konsep gawat darurat dan kebencanaan, tenagakesehatandituntutuntuk juga bekerja di luar rumah sakit. Hal ini telah dilakukan sejak tahun 1917 pada saat Muhammadiyah mengorganisir bantuan kemanusiaan dan memberangkatkan relawan untuk korban letusan G.Kelud.
Ini pula yang mendorong MDMC dan MPKU Jateng menggelar Diklat SAR Medis. Tenaga medis Muhammadiyah wajib mempunyai kemampuan untuk bekerja di lapangan atau di lokasi bencana dalam kondisi yang serba terbatas dan kerap tidak menentu. “Konsep dasarnya sama seperti Diklat SAR Muhammadiyah yang sudah kami selenggarakan sejak 2010. Kami tambahkan materi medis yang tidak diterima di bangku kuliah”, imbuh Faruq.
Antusiasme rumah sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah Jawa Tengah relative baik dengan mengirimkan peserta sejumlah 33 orang. “Diharapkan dengan adanya pelatihan ini tenaga medis Muhammadiyah dapat bertugas di garis depan saat operasi SAR dan juga bertindak sebagai tim ajubencana. Setelah ini kami juga akan menggelar kegiatan bersama MPKU Jateng untuk program Rumah Sakit Aman bagi RSM/A se-Jawa Tengah (Rumah Sakit Siaga Bencana). Keberadaan dan peran alumni Diklat SAR Medis ini sangat menentukan keberlangsungan program tersebut”, imbuh Umam. (Naibul Umam)