Meneladani Strategi Dakwah Rasulullah Saw. bagi Generasi Millenial
Urgensi Dakwah
Jika bicara tentang dakwah Rasulullah; maka lebih enak jika kita mengetahui terlebih dahulu apa itu dakwah, Dakwah adalah salah satu cara penyampaian, ajakan, atau seruan kepada orang lain agar mau memeluk, mempelajari dan mengamalkan agama secara sadar, sehingga membangkitkan dan mengembalikan kefitrahan seseorang, seperti pada dasar tiap orang diciptakan Allah dalam keadaan fitrah sehingga bisa mencapai kehidupan bahagia di dunia dan akhirat. Hukum dakwah sendiri adalah wajib. Sedangkan, arti wajib dakwah bagi setiap muslim di sini ialah berdakwah sesuai dengan apa yang ia ketahui atau sesuai dengan ilmu yang dimiliki.
Siapa Sih Rasulullah?
Lalu siapa sih Rasulullah Saw. itu? Nabi Muhammad Saw. sendiri merupakan nabi paling akhir yang diutus Allah untuk menuntun umat di dunia. Di mana Allah menjadikan Nabi Muhammad sebagai nabi penutup dan tidak ada lagi nabi setelahnya yang menjadi utusan Allah. Hal inilah yang menyebabkan Nabi Muhammad mempunyai sebutan sebagai Khataman Nabiyyin, atau nabi paling akhir. Sebagai utusan Allah paling akhir, Nabi Muhammad tentunya menyempurnakan ajaran Allah yang telah disampaikan oleh nabi-nabi sebelumnya. Oleh karena itu ajaran yang beliau bawa (dalam konteks ini ialah Islam) adalah pelengkap dan penyempurna agama-agama sebelumnya.
Metode Dakwah Rasulullah
Lalu bagaimana Rasulullah Saw mendakwahkan Islam itu sendiri?, metode apa yang beliau terapkan? Dan juga masyarakat seperti apa yang beliau dakwahi saat itu?
Pada zaman dakwah Rasulullah, beliau dakwah dengan sistem sembunyi-sembunyi; karena pada saat itu masyarakat yang Rasullah Saw. dakwahi masih dibelenggu dengan ‘kebodohan’. Dan pada saat itu, Islam bukanlah agama yang diterima dan diperbelohkan atau dilegalkan untuk penyebarannya.
Menurut Ayu Kristina (2019) Dakwah yang dilakukan pada zaman Rasulullah adalah dengan menggunakan berbagai macam metode; di antaranya dakwah melalui bawah tanah; melalui politik pemerintahan, surat menyurat, dan juga peperangan. Sedangkan; untuk media adalah dengan melalui tiga hal yaitu tulisan, aksi dan juga lisan. Dakwah melalui lisan yaitu berupa Pertama, metode ceramah. Metode yang dilakukan untuk menyampaikan keterangan; petunjuk; pengertian; penjelasan; tentang sesuatu masalah di hadapan orang banyak.
Baca juga, Semarakkan Milad Muhammadiyah Ke-109, PDA Kota Magelang Gelar Workshop Ke’Aisyiyahan
Kedua, metode diskusi. Metode dalam arti mempelajari atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikan sehingga menimbulkan pengertian serta perubahan kepada masing-masing pihak sebagai penerima dakwah. Ketiga, metode tanya jawab. Metode yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab untuk mengetahui sampai sejauh mana ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai sesuai materi dakwah.
Keempat; metode konseling yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang terdiri dari konselor sebagai pendakwah dan klien sebagai mitra dakwah. Kelima, metode propaganda yang bertujuan untuk menyiarkan Islam dengan cara memberi pengaruh dan membujuk; namun bukan bersifat otoritatif (paksaan). Selain itu juga bisa dalam bentuk petuah; nasehat; wasiat; ta’lim; peringatan; dan lain-lain.
Sedangkan, melalui tulisan berupa penyampaian pesan dakwah melalui berbagai media massa cetak (buku, majalah, koran, pamflet, dan lain-lain). Dan yang terakhir melalui aksi dapat berupa berbagai aksi amal saleh, seperti tolong menolong melalui materi, lingkungan, penataan, organisasi atau lembaga-lembaga keislaman.
Baca juga, Drama Kolosal Meriahkan Apel Milad Muhammadiyah Ke-109 Tahun di SMP Mutual
Dan hal penting yang juga perlu untuk digaris bawahi yaitu Rasulullah Saw. berdakwah dengan kedamaian bukan dengan kekerasan dan paksaan, sebagaimana makna dakwah yaitu mengajak bukan memaksa. Justru dalam mendakwahkan Islam sendiri ini di zaman Rasulullah menemui dan dihadapkan dengan banyaknya rintangan, cobaan dan tantangan.
Sebab, sebagaimana dijelaskan di atas bahwasanya masyarakat pada zaman Rasulullah Saw. adalah masyarakat yang masih sangat terbelenggu dengan ‘kebodohan’, sehingga menganggap Islam bukan sebagai suatu ajaran yang memang diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw.. Sehingga tak jarang bahkan kerap kali Rasulullah menerima perlakukan yang tidak pantas dari masyarakat yang belum mempercayai Islam saat itu.
Namun, Rasulullah sendiri tidak pernah membalas atau berbuat hal yang serupa kepada mereka (masyarakat pada zaman itu yang belum mempercayai Islam), sebaliknya, Rasulullah Saw. selalu berperilaku yang baik kepada mereka, karena Islam tidak pernah mengajarkan permusuhan, Islam menyukai perdamaian dan sebagaimana pula salah satu metode dakwah Rasulullah SAW adalah dengan menjadi uswatun hasanah atau teladan yang baik.
Dakwah pada Generasi Milenial
Berdakwah di kalangan generasi milenial tentunya tidak bisa serta merta menerapkan seluruh metode dakwah Rasulullah Saw. yang beliau diterapkan pada zamannya itu. Di mana generasi milenial adalah mereka yang lebih maju dalam hal ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi. Tentu saja, dalam berdakwah di tengah mereka memerlukan strategi yang juga seimbang dengan generasinya.
Namun, bukan berarti metode atau cara berdakwah Rasulullah Saw. tidak bisa diterapkan pada generasi milenial. Ada beberapa metode dakwah Rasulullah Saw. yang masih bisa dan relevan untuk diterapkan pada generasi milenial saat ini, yaitu dengan keteladanan. Generasi milenial sangat suka dengan perilaku meniru sesuatu yang mereka anggap keren dan baik, maka ketika ingin berdakwah kepada mereka bisa melalui memberikan contoh atau keteladanan kepada mereka.
Tentu saja, hal itu bisa dicapai jika pendekatan kepada generasi milenial telah terjalin. Oleh sebab itu, tak salah jika dalam berdakwah nantinya ikut masuk ke dalam ‘dunia’ mereka. Tetapi, tetap memperhatikan rambu-rambu atau batasan-batasan yang berlaku. Sebab, berdakwah paling mudah adalah dengan menjadi teladan atau dakwah dengan memberikan contoh terlebih dahulu, berdakwah sekaligus memperbaiki diri.
Serta metode pada zaman Rasulullah Saw. yang juga dapat diterapkan pada generasi milenial yaitu berdakwah dengan lisan, tulisan dan aksi. Di mana ketiganya dalam materi yang disampaikan tetap harus memperhatikan dan menyesuaikan dengan pembahasan atau bahasa generasi milenial. Seperti materi yang disampaikan hendaknya membawa remaja mencintai Islam, sehingga mereka berperilaku muslim yang berwawasan Qur’ani.
Baca juga, Haedar Nashir : Pandemi Menumbuhkan Sikap Luhur Berbasis Nilai-Nilai Utama
Tuntutan zaman yang mendominasi remaja sangat dominan. Oleh karenanya, materi yang disusun juga harus merupakan jawaban zaman. Materi yang dipersiapkan mampu dengan mudah dicerna, remaja mempunyai bahasa sendiri dalam bahasa sehari- hari, bahkan kadang kala punya ambisi menggunakan bahasa popular walaupun mereka sendiri kurang memahami cara penjabarannya baik pada remaja yang masih sekolah maupun yang putus sekolah. Selain itu, materi yang disampaikan tentu saja harus memperhatikan tingkatan generasi milenial itu sendiri, misalnya untuk remaja pelajar (siswa dan mahasiswa), remaja yang berlatar belakang ekonomi lemah, dan sejenisnya.
Dan dalam keterampilan menyusun materi, seorang da’i atau da’iyah atau mubaligh atau muballighah ketika akan berdakwah pada generasi milenial menemukan tantangan tersendiri, pada umumnya generasi milenial menyenangi hal-hal yang baru dan cepat bosan bagi hal yang telah atau sering ia dengar. Sementara materi dakwah yang sering disusun kemudian disampaikan hanya pengulangan dari penyampai terdahulu. Karena itu da’i atau da’iyah atau mubaligh atau muballighah harus berusaha memberi suatu hal yang baru dalam materi dakwah walau bersifat pemantapan.
Satu hal yang perlu menjadi perhatikan adalah daya kritis remaja terhadap hal-hal yang tidak masuk akal, tidak logis. Oleh karena itu; materi dakwah harus logis. Dengan kata lain; mengajarkan agama kepada remaja hendaklah bisa sesuai dengan kondisi jiwa dan lingkungan hidupnya. Dan sebagai upaya dalam memberi solusi Islam terhadap macam-macam problem kehidupan yang dialami generasi milenial.
Dan satu hal yang penting adalah di era yang sudah seperti sekarang ini; di mana teknologi berkembang pesat dan maju; sehingga metode dakwah melalui tulisan dan lisan bisa disampaikan dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan media yang ada. Agar nanti tontonan yang dilihat oleh generasi milenial akan jauh lebih punya manfaat.
Kontributor : Rania Tazkiya Rosyida
Editor : Dinul Qoyimah