JALAN BARU DAKWAH MUHAMMADIYAH
JALAN BARU DAKWAH MUHAMMADIYAH
Muhammad Taufiq Ulinuha
Muhammadiyah sedang menjalani abad keduanya dalam berkiprah ditengah-tengah masyarakat, baik Indonesia maupun internasional. Banyak tantangan dan objek dakwah baru yang didapatkan oleh Muhammadiyah, yang mengharuskan Muhammadiyah untuk berinovasi.
Islam dan Ilmu
Ilmu merupakan kata yang berasal dari Bahasa Arab yakni علم ـ يعلم ـ علم yang didalam Kamus Al Munawwir berarti pengetahuan, kemudian dalam Kitab Al Munjid Fi Al Lughah Wa Al-A’lam makna ‘ilm berkembang menjadi pengetahuan tentang hakikat sesuatu yang dipahami secara mendalam. Adapun didalam ushl fiqh ilmu disebutkan Al Idroku Syai’ bi Haqiiqotih (mengetahui sesuatu secara hakiki). Selain pengertian diatas, beberapa ahli dan filsuf juga memaknai ilmu, diantaranya :
- Karl Pearson
Ilmu ialah keterangan yang stabil dan komprehensif tentang suatu fakta dari pengalaman dengan istilah yang sederhana.
- Maurice Bucaille
Kunci dalam mengungkapkan segala hal dalam bentuk apapun, baik dalam jangka waktu yang lama ataupun singkat.
- Teori Romawi
Scientia quaerit ut natura sit intellegere et eventus in scientific action dictarum praeuntiet atque regendi instrumrntum ad naturals.(Ilmu berusaha memahami alam sebagaimana adanya dan hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk meramalkan dan mengendalikan gejala-gejala alam).
Allah SWT menyebutkan frasa “ilmu” didalam Al Qur’an sebanyak 105 kali, kemudian pengembangan frasa “ilmu” sebanyak 744 kali, sampai sini dapat disimpulkan bahwa didalam Agama Islam, ilmu memiliki maqom yang tinggi, terlihat dari tekstual wahyu-wahyu Allah SWT yang terdapat didalam AlQur’an. Mari kaita chek dari segi kontekstual Al Qur’an.
- Al Alaq : 1
- Al Anfal : 22
- S Al Mujadalah : 11
- Hadits Nabi :
- Menuntut ilmu itu wajib baik muslim laki-laki dan muslim perempuan.
- Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat.
- Barangsiapa keluar untuk mencari ilmu, maka ia sedang berada dijalan Allah SWT sampai ia pulang.
- Barangsiapa menginginkan dunia, maka harus dengan ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat, maka harus dengan ilmu. Dan barangsiapa menginginkan keduanya, maka harus dengan ilmu.
Franz Rosenthal mengatakan didalam bukunya The Concept of Knowledge In Midieval Islam Halaman 58 “Madrasah, pendidikan merupakan kewajiban keagamaan tertinggi yang berlaku dirumah, masjid, perpustakaan,rumah sakit, zawiyah sufi, malahan juga dipasar. Sesungguhnya dalam Islam, pemisahan sebagaimana yang dikenal pada zaman ini sebagai pendidikan formal, informal dan nonformal tidak wujud karena semua bentuk pendidikan adalah ibadah.”
Penjelasan Al Qur’an dan Hadits diatas menunjukan bahwa paradigm ilmu dalam Islam adalah teosentris. Maka didalam Islam hubungan Ilmu dan Agama memperlihatkan relasi yang harmonis. Sedikit mengkomparasikan dengan kebudayaan barat, terdapat sejarah yang memperlihatkan hubungan kelam antara ilmu dan agama. Disharmonis tersebut diperlihatkan dengan hukuman berat bagi para ilmuan yang temuan ilmiahnya bersebrangan dengan keyakinan agama, diantaranya : Nicolaus Corpenicus mati dipenjara pada tahun 1543 M, Michael Servet mati dibakar tahun 1553 M, Giordano Bruno dibunuh pada tahun 1600 M, Galileo Galilei mati dipenjara pada tahun 1642 M. Kekejaman-kekejaman tersebut yang kemudian menjadi awal kelahiran illuminati, yang menjadi musuh bagi bangsa eropa yang beragama/bertuhan.
Maka bisa disimpulkan bahwa Ilmu dan Islam memiliki korelasi yang berkaitan, tidak ada pertentangan antara keduanya, karena pada hakikatnya ilmu dan agama sama-sama menunjukan sebuah kebaikan dan kebenaran. Dengan ilmulah kita bisa menjalankan aturan-aturan dalam Islam, dan dengan Islamlah kita mengerti harus menyandarkan segala ilmu kepada Allah Subhanahu Wata’ala, bahkan menurut Bapak Djazman Al Kindi seorang tokoh Intelektual Muhammadiyah : “Muslim intelektual akan mejadi salah satu faktor yang ikut menentukan arah peribahan-perubahan yang kini sedang berlangsung di Indonesia.”
Menurut Dr Fahrudin Faiz, bertambanhnya ilmu yang dimiliki seseorang harus berkorelasi dengan bertambah baiknya amal. Seseorang yang ilmunya banyak akan tetapi masih saja tetap kurang ajar, menurut Socrates dia bukan orang pintar. Mengapa ? Karena apabila orang yang berilmu/ilmunya banyak tapi perilakunya tidak bagus, dia sedang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan ilmunya.
Sejarah Persyarikatan Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam
Masih membahas permasalahan ilmu, Muhammadiyah saat berdirinya memiliki tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Ditandai dengan KH Ahmad Dahlan mendirikan sekolah sebelum mendirikan Muhammadiyah itu sendiri, hingga saat ini Muhammadiyah memiliki 4623 TK/TPQ, 2604 SD/MI, 1772 SMP/MTs, 1143 SMA/SMK/MA dan 172 PTM/PTA.
Pada abad XVIII dan XIX, umat Islam Indonesia diidentikan sebagai masyarakat tradisional. Dalam Buku Brieven Over Den Islam Uit De Binnenlanden Van Java karya C Poensen menyebutkan kehidupan beragama orang-orang Islam di Jawa pada waktu itu sebagai Superstitious Mohammedans, dimana terdapat percampuran antara animism jawa, hinduisme dan Muhammedanisme (Islam). Maka melihat keprihatinan sosiokulur pada saat itu, KH Ahmad Dahlan yang saat itu bernama Muhammad Darwis pada tahun 1883 pergi ke Mekah untuk menjalankan ibadah haji sekaligus menetap disana selama 5 tahun untuk belajar. Disana ia bertemu dengan pemikiran-pemikiran tokoh pembaharuan Islam seperti Muhammad Abduh, Jamaludin Al Afghani, Muhammad Rasyid Ridhla dan Ibnu Taimiyah. Dimana dalam sejarah peradaban Islam, tokoh-tokoh tersebut merupakan tokoh-tokoh pembaharu Islam, baik klasik maupun modern. Kemudian dilanjutkan pada tahun 1903, KH Ahmad Dahlan kembali berangkat ke Mekah dan menetap selama 2 tahun.
Beberapa tahun setelah kepulangannya dari Mekah, tepatnya 1912 KH Ahmad Dahlan terilhami untuk mendirikan sebuah organisasi dengan tujuan dakwah, hal itu didukung oleh sanak family dan murid-murid beliau, maka dibentuk dan didirikanlah Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 yang bertepatan dengan 8 Dzulhijjah 1330 H di Kampung Kauman Yogyakarta. Banyak kalangan yang menilai Muhammadiyah merupakan firqah didalam Islam, akan tetapi anggapan itu salah, karena Muhammadiyah sejatinya adalah Organisasi Islam, atau bisa juga disebut sebagai Gerakan Islam. Mari sejenak kita dalami perbedaan firqah dan gerakan, firqah atau aliran atau sekte adalah golongan yang muncul karena adanya faktor perbedaaan-perbedaan pokok aqidah dan keimanan, didalam Buku Tsaqofah Islamiyyah dibagilah firqoh tersebut kedalam beberapa kelompok, diantaranya :
- Ahlus Sunnah Wal Jama’ah (Sunni)
- Khawarij
- Mu’tazilah
- Bahaiyah
- Syi’ah
- Qodariyah
- Ahmadiyah
Adapun gerakan Islam adalah gerakan yang dilakukan sekumpulan orang Islam yang memiliki tujuan dan kepentingan tertentu untuk mencapai suatu tujuan bersama. Diantara gerakan Islam, adalah :
- Muhammadiyah
- Nahdlatul Ulama’
- Persis
- Syarikat Islam
- Majelis Tafsir Al Qur’an
- Nahdlatul Wathan
- Dll
Dalam sejarahnya, Persyarikatan Muhammadiyah mengalami perubahan tujuan organisasi, perubahan terjadi seiring dengan sosiopolitik yang ada di Indonesia ketika itu, diantara perubahan tujuan itu adalah,
- Tahun 1912 (Awal Berdirinya Muhammadiyah) (Era Ketua KH Ahmad Dahlan)
- Menyebarkan pengajaran agama kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumiputera dalam residen.
- Memajukan hal agama kepada anggota-anggotanya.
- Tahun 1914 (Era Ketua KH Ahmad Dahlan)
- Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran Agama Islam di Hindia Netherland.
- Memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang kemauan ahama kepada anggota-anggotanya.
- Saat Penjajahan Jepang (Era Ketua Ki Bagus Hadikusumo)
- Hendaklah menyiarkan Agama Islam serta melatih hidup yang selaras dengan tuntunannya.
- Hendak melakukan pekerjaan kebaikan umum.
- Hendak memajukan pengetahuan dan kepandaian serta budi pekerti yang baik kepada anggota-anggotanya
- Saat Masa-Masa Kemerdekaan (1945) (Era Ketua Ki Bagus Hadikusumo)
Menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
- Tahun 1985 (Era Ketua A.R. Fakhruddin)
Menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam, sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah SWT.
- Tahun 2005 (Era Ketua Prof.Dr.Din Syamsuddin)
Menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Muhammadiyah Dalam Membangun Bangsa
Diawal sudah disampaikan bahwa salah satu spirit Muhammadiyah berdiri adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dimasa penjajahan, saat pemerintah kolonial menutup pintu bagi rakyat untuk menuntut ilmu pengetahuan sebanyak mungkin dari tingkat terendah sampai tingkat teratas, maka Muhammadiyah telah mendirikan sekolah-sekolah sebanyak mungkin dari tingkat bawah sampai tingkat atas. Baik yang khusus mengenai sekolah-sekolah agama, maupun sekolah-sekolah umum yang setingkat dengan sekolah-sekolah negri. Apabila pada zaman penjajahan sekolah-sekolah seperti HIS, Kweekschool, MULO, dan AMS tidak boleh dimasuki oleh pribumi, maka Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah semacam itu sebanyak-banyaknya kepada seluruh bangsa Indonesia dari segala lapisan dan golongan dengan diberi pelajaran agama Islam.
Jikalau pada zaman penjajahan penghidupan rakyat sangat menyedihkan, banyak anak-anak yang terlantar karena ditinggalkan oleh orang tuanya, maka dikumpulkanlah ana-anak itu untuk diasuh dan diberi pendidikan, sebagaimana terjelma dalam bentuk adanya rumah yatim piatu dan lainnya. Untuk mempertinggi taraf kesehatan rakyat, maka didirikanlah poliklinik-poliklinik dan rumah sakit-rumah sakit serta balai-balai pengobatan lainnya.
Dikala bangsa Indonesia masih hidup dibawah telapak kaki penjajah, Muhammadiyah telah ikut memelopori perjuangan kemerdekaan dengan jalan memupuk rasa patriotism, sebagaimana terjelma dalam bentuk Kepanduan Hizbul Wathan yang dari namanya saja sudah mengandung arti yang dalam, yaitu tentara atau pembela tanah air. Muhammadiyah telah ikut memelopori dan mengembangkan pemakaian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional kita, baik dalam upacara-upacara, rapat-rapat, konferensi-konferensi, muktamar-muktamar, maupun didalam penerbitan-penerbitan buku, risalah, surat kabar dan majalah.
Pada masa kemerdekaan, Muhammadiyah turut membidani kelahiran Republik Indonesia, karena sejak awal para tokoh dan pucuk pimpinan, serta anggota dan kader Muhammadiyah telah ikut memperjuangkannya. Para tokoh Muhammadiyah yang dicatat dengan tinta emas dalam sejarah Indonesia, diantaranya :
- KH Ahmad Dahlan
- KH Mas Mansur
- Soekarno
- Ki Bagus Hadikusumi
- Panglima Besar Jendral Soedirman
- H. Djuanda Kartawidjaja
- Abdul Kahar Muzakir
- Kasman Singodimejo
- KH Ahmad Badawi
Selain itu konsep good governance telah diperkenalkan dan diterapkan Muhammadiyah dalam ruh persyarikatan dan amal usaha Muhammadiyah, jauh sebelum Republik Indonesia mengenalnya. Dalak konteks kebangsaan, dakwah kultural Muhammadiyah berperan untuk internalisasi nilai dan budaya baru yang lebih tangguh dan berbobot seperti yang termuat dalam prinsip-prinsip good govenrnance. Sikap mental yang bermutu, etos kerja yang berkualitas, kemandirian, disiplin, solidaritas, dan nilai-nilai keadaban (civility) lainnya menjadi bagian yang dipromosikan didalam dakwah cultural Muhammadiyah. Gerakan moral anti-korupsi yang dilakukan oleh Muhammadiyah juga bisa dipandang sebagai bagian dari dakwah kultural dan sekaligus relevan dengan prinsip good governance. Adapun poin-poin dari good governance yang dipelopori dan dilaksanakan oleh Muhammadiyah diantaranya :
- Negara Berkewajiban Untuk :
- Menciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial yang stabil.
- Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan.
- Menyediakan public service yang efektif dan
- Menegakkan HAM.
- Melindungi lingkungan hidup.
- Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan public.
- Sektor Swasta Berkewajiban Untuk :
- Menjalankan industry.
- Menciptakan lapangan kerja.
- Menyediakan insentif bagi karyawan.
- Meningkatkan standar hidup masyarakat.
- Memelihara lingkungan hidup.
- Menaati peraturan.
- Transfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.
- Menyediakan kredit bagi pengembangan UMKM.
Daftar Pustaka
Al Kindi, Muhammad Djazman, 2019, Ilmu Amaliyah Amal Ilmiyah : Muhammadiyah Sebagai Gerakan Ilmu dan Amal, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Salam, Junus, 2009, KH Ahmad Dahlan Amal dan Perjuangannya. Banten: Al Wasat.
Nashir, Haedar, 2017, Memahami Ideologi Muhammadiyah, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Amirullah. 2016, IMM Untuk Kemanusiaan Dari Nalar Ke Aksi, Jakarta: CV.Mediatama Indonesia.
Abdullah, M, 2000, Dinamika Islam Kultural: Pemetaan atas Wacana Keislaman Kontemporer, Bandung: Mizan.
Bahtiar, Asep Purnama, 2004, Membaca Ulang Dinamika Muhammadiyah, Yogyakarta: LPPI UMY.