Refleksi Milad IPM ke-59 ditengah Pandemi COVID-19
PWMJATENNG.COM, SEMARANG – Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) didirikan pada 18 Juli 1961, kini telah memasuki usia ke-59. Perayaan milad IPM setiap tahun sering diadakan secara tatap muka. Sejak pandemi COVID-19 pada bulan Maret lalu pemerintah pun membatasi kegiatan bersifat kerumunan. Dengan demikian perayaan milad IPM tahun ini pun terpaksa dilakukan secara Online (Daring). Hal ini pun sejalan yang dilakukan oleh Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah.
Meskipun ditengah pandemi COVID-19, tak menjadi patah semangat untuk mengadakan perayaan Milad IPM ke-59 sehingga PW IPM Jawa Tengah menggelar Nobar Apel Pelajar secara Online melalui aplikasi Zoom Conference dilaksanakan pada Sabtu, (18/7), dikediaman masing-masing. Antusiasme yang sangat tinggi sehingga dihadiri oleh seluruh Pelajar Muhammadiyah se-Jawa Tengah, Alumni PW IRM/IPM Jawa Tengah, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Tengah, Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah Jawa Tengah, Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Jawa Tengah serta Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah.
Muhammad Nurul Huda selaku Ketua Umum PW IPM Jawa Tengah dalam sambutannya menuturkan esensi atau hal mendesak IPM lahir pada 59 tahun yang lalu, ada 2 hal besar melandasi IPM didirikan dan disahkan dalam Tanwir PP Pemuda Muhammadiyah yaitu Gerakan Amar Maruf Nahi Munkar dikalangan pelajar dan Gerakan Perkaderan Muhammadiyah. Pertama, Gerakan Amar Maruf Nahi Munkar, pelajar perlu sebuah wadah menjadi jalan dakwah misi Rahmatan Lil Alamin terhadap sesama pelajar. Kedua, Gerakan Perkaderan Muhammadiyah, IPM mampu melahirkan generasi kader persyarikatan, bangsa, maupun umat tentu menjadi refleksi untuk kita semua.
“Milad IPM kali ini mengusung tema “Berkarya Bersama, Mencerahkan Semesta”, menjadi background dari tema Muktamar Muhammadiyah yang sedianya diselenggarakan pada 2020. Beberapa literatur yang ia baca ada 3 hal besar melandasi bahwa Muhammadiyah mengangkat tema “Mencerahkan Semesta”. Pertama, Muhammadiyah di luar negeri sudah semakin banyak ditandai munculnya PCIM seluruh belahan dunia, sebagai kader Muhammadiyah dimanapun berada meskipun di luar negeri tentu tidak boleh hilang serta harus melekat pada diri kita. Kedua, Muhammadiyah telah memulai memberikan layanan kesehatan mapun pendidikan di luar negeri. Hal ini sedang dalam proses perizinan legal terhadap pendirian kampus Muhammadiyah di luar negeri. Ketiga, Publikasi wacana Jurnal Ilmiah Internasional, Muhammadiyah dengan kultur keilmuan perlu memberikan wacana tidak hanya di Nasional maupun Internasional”, tuturnya.
“Lalu kita brackdown dalam IPM, perlu dilandasi dalam IPM pada tema milad kali ini, Muhammadiyah perlu bergerak pada 3 hal diatas minimal. Pertama, IPM di luar negeri , apakah sudah ada tanda didirikan maka perlu menjadi PR buat Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Pimpinan Pusat IPM untuk mendorong kader IPM kuliah ke luar negeri tanpa adanya kader IPM di luar negeri tentu misi mewujudkan PCI IPM di luar negeri tentu akan mengalami kesulitan. Kedua, Muhammadiyah mendirikan layanan pendidikan di luar negeri, ini bukan domain IPM tetapi domainnya IPM adalah mendorong kadernya untuk kuliah di luar negeri. Ia berharap Pelajar Muhammadiyah menjadi wadah organisasi dapat memberikan akses untuk studi ke luar negeri. Ketiga, Publikasi wacana. Wacana yang dilahirkan oleh Ikatan Pelajar Muhammadiyah menjadi auto bride, seberapa gemar menulis, menuangkan ide dalam tulisan serta mempublikasi”, jelasnya.
Dalam sambutan melalui Zoom Conference Wahyudi selaku Sekretaris PWM Jawa Tengah mengungkapkan, kita dapat menghadiri Apel Milad IPM meskipun melalui Daring, dengan menjadikan daring tidak menjadi halangan justru menjadi tantangan di IPM untuk terus berkarya serta maju dalam memberikan manfaat terhadap masyarakat.
“Dinamika dalam gerakan IPM senantiasa memberikan manfaat kepada masyarakat, dalam usia 59 tahun IPM telah banyak memberikan kontribusi untuk kemanusiaan dan peradaban di Tanah Air. Perlu kita ketahui seksama bahwa Era milenial penuh ketidakpastian karena IPM sebagai kader persyarikatan harus membekali diri dengan berbagai tahapan yang dilalui sehingga dapat meningkatkan diri menjadi kader yang berkualitas. Pertama, IPM harus membekali diri dengan keimanan dan ketaqwaan. Kedua, IPM harus tanamkan pada diri dengan moral baik moral kinerja maupun moral akhlaq. Dalam kehidupan bermasyarakat tentu kita berkomunikasi sesuai nilai-nilai Islam ketika bekerja pun berbasis ajaran Islam. Kerja kita tidak hanya setengah namun dilakukan dengan tuntas dan ikhlas demikian prinsip dari IPM”, ungkapnya.
“Perlu adanya pengembangan dalam diri pada era milenial ini adalah perkara dengan 4C, Pertama, Critical Thinking (Berpikir kritis). Sebagai kader persyarikatan perlu mengembangkan diri dengan kemampuan Critical Thinking tidak kemudian menerima tanpa adanya dasar. Sebagai kader setiap mendapatkan informasi dan mengembangkan informasi berbasis data maka dapat mengembangkan data serta dengan berpikir kritis mampu membangun peradaban. Kedua, Creativty (Berpikir kreatif dan inovatif). Kita dapat bertahan hidup memiliki kemampuan kreatifitas. Dalam mengembangkan persyarikatan IPM perlu adanya bekal kreatifitas. Organisasi atau lembaga yang digunakan dapat bersifat inovatif. Dasarnya kreatifitas dalam memecahkan masalah membutuhkan inovasi. Ketiga, Communication (Komunikasi). Dalam kegiatan Ortom kemampuan membangun link, networking perlu ditingkatkan. Keempat, Collaboration (Kerjasama). IPM senantiasa meningkatkan kolaborasi yang mantap dan baik”, terangnya. *(erico).