Krisis Kesehatan Mental Remaja Di Era Digital: Tantangan dan Solusi untuk Generasi Masa Depan

Oleh Risyad Abdillah/ Mahasiswa Ums Semester 5
PWMJATENG.COM, Surakarta — 18 November 2025, Mengapa Kesehatan Mental Remaja Penting?
Masa remaja adalah periode penting dalam kehidupan seseorang—sebuah fase transisi yang penuh dengan perubahan fisik, emosional, dan sosial yang signifikan. Di masa ini, remaja membentuk identitas diri, mengembangkan keterampilan sosial, dan mempersiapkan diri untuk kehidupan dewasa. Namun, di balik proses tumbuh kembang yang alami ini, banyak remaja menghadapi tantangan berat terkait kesehatan mental yang bisa berdampak jangka panjang pada kehidupan mereka..
Disini saya mengapa berniat untuk menulis artikel ini dengan judul “ krisis Kesehatan Mental Remaja Di Era Digital”? karena saya telah banyak menyaksikan dan melihat begitu banyak anak remaja yang mengalami gangguan mental, sampai-sampai dengan mengakhiri hidupnya dengan cara yang sangat-sangat buruk seperti bunuh duri dan sebagainya.
Ini mengindikasikan bahwa remaja itu tidak sekuat apa yang kita kira, mereka banyak menyembunyikan perasaan-perasaan yang seharusnya di ceritakan ini malah di pendam sendiri yang akhirnya mengakibatkan stress dan gangguan mental. Terutama di era digital seperti yang serba canggih , apa-apa bisa dibeli lewat online banyak anak muda yang menghabiskan waktunya seharian di atas kasur dengan main hp dan scrol aplikasi lain seperti Wa, instagram, Tiktok, Nonton film dan lain-lain. Dengan kebiasaan seperti itu mereka jadi tidak melakukan aktivitas yang produktif dan mereka jarang olahraga, akhirnya dengan kebiasaan yang sering kali anak remaja lakukan menjadikan kesehatan mental mereka menjadi tidak baik.
Kemarin terjadi kabar duka di UIN RADEN MAS SAID yang berada di surakarta , tepat 15 oktober 2025 pukul 10,00 WIB telah terjadi Bunuh Diri yang di lakukan oleh mahasiswa UIN RMS. Usut punya usut katanya mengapa mahasiswa tersebut bisa melakukan hal yang bodoh itu karena mahasiswa tersebut mengalami gangguan mental yang di namakan “ bipolar”. Dengan artikel ini dibuat insyaalah saya akan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental pada remaja dan tantangan dan solusi untuk masa depan
Gambaran Kesehatan Mental Remaja di Indonesia
Statistik yang Mengkhawatirkan
Indonesia menghadapi krisis kesehatan mental remaja yang serius. Data dari Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) yang dilakukan pada tahun 2022 mengungkapkan fakta mengejutkan: satu dari tiga remaja Indonesia atau sekitar 34,9% (setara 15,5 juta remaja) mengalami masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir. Lebih mengkhawatirkan lagi, satu dari 20 remaja (5,5%) atau sekitar 2,45 juta remaja memiliki setidaknya satu gangguan mental yang terdiagnosis.
I-NAMHS merupakan survei berskala nasional pertama yang mengukur prevalensi gangguan mental pada remaja berusia 10-17 tahun di Indonesia. Survei ini dilakukan melalui kolaborasi Pusat Kesehatan Reproduksi (PKR) Universitas Gadjah Mada dengan University of Queensland Australia dan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health Amerika Serikat.
Jenis-Jenis Masalah Kesehatan Mental yang Dialami Remaja
Berdasarkan data I-NAMHS, berikut adalah prevalensi masalah kesehatan mental yang paling sering dialami remaja Indonesia:
Kecemasan
Kecemasan menjadi masalah kesehatan mental tertinggi yang dialami remaja Indonesia, dengan prevalensi lebih tinggi pada remaja perempuan (28,2%) dibandingkan remaja laki-laki (25,4%). Remaja dengan gangguan kecemasan sering mengalami kekhawatiran berlebihan terhadap berbagai aspek kehidupan, dari urusan sekolah hingga hubungan sosial.
Depresi
Depresi merupakan masalah serius yang dapat menyebabkan bunuh diri. Remaja perempuan memiliki tingkat prevalensi depresi lebih tinggi (6,7%) dibandingkan dengan remaja laki-laki (4,0%). Secara nasional, prevalensi depresi di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 1,4%, dengan prevalensi tertinggi berada pada kelompok anak muda usia 15-24 tahun, yaitu sebesar 2%.
Masalah Hubungan Keluarga
Yang mengejutkan, 64,7% remaja mengalami gangguan atau masalah pada hubungan dengan keluarga, termasuk dalam menghabiskan waktu bersama keluarga. Ini menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental remaja tidak bisa dipisahkan dari dinamika keluarga.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental Remaja
-Tekanan Emosional
Remaja mengalami berbagai tekanan emosional akibat perubahan fisik, sosial, dan harapan dari lingkungan. Mereka menghadapi tuntutan untuk mencapai perkembangan sesuai usia, tantangan masa pubertas, serta perubahan dalam peran sosial.
-Trauma dan Pengalaman Masa Lalu
Pengalaman traumatis seperti kekerasan, pelecehan, atau kehilangan orang terdekat dapat berdampak jangka panjang pada kesehatan mental remaja.
-Harga Diri Rendah
Remaja yang mengalami masalah kesehatan mental sering merasa tidak berharga dan menyalahkan diri sendiri. Rendahnya harga diri dapat memicu atau memperparah kondisi mental.
- Faktor Sosial dan Lingkungan
A. Tekanan Sosial dan Media Sosial
Ekspektasi tinggi dan perbandingan sosial di media sosial dapat menurunkan rasa percaya diri remaja. Paparan standar kecantikan atau kesuksesan yang tidak realistis meningkatkan risiko kecemasan dan depresi. Di era digital, remaja terus-menerus terpapar dengan kehidupan orang lain yang tampak sempurna, menciptakan perasaan tidak cukup baik.
B. Masalah Keluarga
• Konflik Keluarga: Konflik keluarga yang tidak terselesaikan dapat memicu stres dan kecemasan pada remaja
• Ketidakhadiran Dukungan Emosional: Ketidakhadiran figur orang tua dalam mendukung emosional remaja dapat memperburuk kondisi mental
• Pola Asuh: Pola asuh yang terlalu protektif atau kurang perhatian dapat meningkatkan risiko gangguan mental
C. Perundungan (Bullying)
Perundungan, baik langsung maupun daring (cyberbullying), dapat menyebabkan trauma emosional jangka panjang, seperti rendahnya rasa percaya diri dan kecemasan sosial. Dengan penetrasi internet yang tinggi, cyberbullying menjadi ancaman yang semakin nyata bagi remaja Indonesia.
D. Tekanan Akademik
Beban tugas sekolah yang berat serta tuntutan untuk berprestasi sering kali menyebabkan stres yang berlebihan, bahkan berujung pada burnout di kalangan remaja. Sistem pendidikan yang sangat kompetitif dapat menambah tekanan pada kesehatan mental remaja.
E. Kekerasan Seksual
Pengalaman kekerasan seksual dapat meninggalkan trauma mendalam yang berdampak pada kesehatan mental jangka panjang.
Dampak Masalah Kesehatan Mental pada Remaja
Bayangkan seorang remaja bernama Sari, siswa kelas 10 SMA yang dulunya ceria dan berprestasi. Perlahan, ia mulai menarik diri dari teman-temannya, nilainya turun drastis, dan ia sering menangis tanpa alasan yang jelas. Orang tuanya menganggap ini hanya fase pubertas biasa. Namun, yang tidak mereka sadari adalah Sari sedang berjuang melawan depresi yang semakin parah setiap harinya. Ini adalah realitas yang dialami jutaan remaja—masalah kesehatan mental yang jika tidak ditangani, dapat mengubah seluruh jalan hidup mereka.
Dampak Jangka Panjang: Jejak yang Bertahan Seumur Hidup
Gangguan Mental yang Berlanjut hingga Dewasa
50% dari gangguan kesehatan mental dimulai pada usia 14 tahun, dan jika tidak ditangani, akan berlanjut hingga dewasa. Remaja yang mengalami depresi memiliki risiko tinggi mengalami episode depresi berulang sepanjang hidup mereka. Gangguan kecemasan yang tidak ditangani dapat berkembang menjadi gangguan panik atau fobia yang melumpuhkan.
Ini berarti masalah kesehatan mental remaja bukan hanya tentang masa remaja—ini tentang seluruh kehidupan mereka. Intervensi dini sangat krusial karena dapat mengubah trajektori hidup seseorang.
Kesimpulan
Krisis kesehatan mental remaja di Indonesia telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Dengan 15,5 juta remaja atau 34,9% mengalami masalah kesehatan mental, ini bukan hanya masalah kesehatan individu, tetapi juga ancaman terhadap masa depan bangsa. Remaja adalah generasi penerus yang akan menentukan arah Indonesia Emas 2045, dan kesehatan mental mereka adalah investasi untuk masa depan negara.
Masalah kesehatan mental remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor kompleks—dari biologis hingga sosial, dari keluarga hingga media sosial, dari tekanan akademik hingga trauma. Tidak ada solusi tunggal untuk mengatasi krisis ini. Diperlukan pendekatan holistik dan kolaboratif yang melibatkan semua pihak: pemerintah, sekolah, keluarga, masyarakat, dan remaja itu sendiri.
Yang paling penting adalah menghilangkan stigma terhadap masalah kesehatan mental. Kesehatan mental bukanlah tanda kelemahan atau aib yang harus disembunyikan, melainkan aspek penting dari kesejahteraan manusia yang perlu dijaga dan dipelihara.
Daftar pustaka
Wiguna, T., Ismail, R. I., Sekartini, R., Kaligis, F., Heriani, H., Pujitasari, V., … & Fisher, J. (2023). The Indonesian national adolescent mental health survey: Study design and implementation. Research in Child and Adolescent Psychopathology.
Pusat Kesehatan Reproduksi (PKR) Universitas Gadjah Mada. (2022). Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS): Laporan Nasional.
Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey. (2022). Prevalensi masalah kesehatan mental pada remaja Indonesia usia 10-17 tahun.
- Situs resmi PKR UGM: https://pkr.fk.ugm.ac.id/
- Publikasi resmi terkait I-NAMHS
Kontrubutor : Risyad Abdillah
Editor: Al-Afasy



