MTQ Nasional Mahasiswa dan Gerakan Zikir

MTQ Nasional Mahasiswa dan Gerakan Zikir
Oleh : Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd. (Ketua Dewan Pengawas MTQMN XVIII, Guru Besar Universitas Negeri Semarang, Rektor UNIMUS, & Wakil Ketua PWM Jawa Tengah)
PWMJATENG.COM – Lantunan lagu qiro’ah Al Qur’an begitu syahdu menggetarkan setiap jiwa yang beriman kepada Allah Swt. Lantunan lagu-lagu bacaan Al Qur’an bahkan kerapkali menjadikan seseorang yang menikmatinya terbawa larut dalam samudra nikmat Allah Yang Maha Agung. Terkadang juga ada yang tidak sadar sampai meneteskan air mata, ketika dibacakan ayat-ayat Al Qur’an dengan irama yang sedih.
Para qori dan qori’ah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi se Indonesia sedang menggemakan ayat-ayat suci Al Qur’an pada event dua tahunan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Diktisaintek), yaitu Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) ke 18 tahun 2025 yang saat ini digelar di Universitas Lambung Manggkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Terdengar lantunan sajak lagu bayyati, shoba, nahawand, hijaz, rost, sika, dan jiharka. Dari tujuh lagu qiro’ah tersebut, masing-masing memiliki variasi sendiri dengan kekhasannya.
Lagu bayyati memiliki 4 tingkatan nada yaitu qoror (dasar), nawa (menengah), jawab (tinggi), dan jawabul jawab (tertinggi). Pada lagu bayyati ini juga terdapat variasi husaini dan bayaati syuri.
Kemudian lagu shoba memiliki 4 tingkatan variasi nada yaitu awal maqom shoba, asyiron (nawa), ajami (jawab), dan quflah bustanjar.
Selanjutnya lagu nahawand, juga memiliki variasi atau tingkatan sejak awal maqom nahawand, nawa, jawab, dan quflah mahur. Demikian juga lagu qiro’ah hijaz. Lagu ini memiliki tingkatan variasi awal maqom hijaz, hijaz kar, hijaz karkur, alwan hijaz. Sedangkan lagu rost, lagu yang banyak digemari oleh para qori-qori’ah ini, memiliki variasi lebih banyak, mulai dari awal maqom rost, nawa, jawab, kuflah zinjiron, syabir alarrost, dan alwan rost. Kemudian lagu sika, memiliki variasi tingkatan mulai dari aawal maqom sika, iraqi (nawa), turki (jawab), dan variasi raml.
Terakhir yang ketujuah adalah lagu jiharkah. Lagu ini hanya memiliki tiga variasi saja yaitu awal maqom jiharkah, nawa, dan jawab.
Dengan demikian memang sangat banyak variasi lagu-lagu dalam membacakan Al Qur’anul Karim. Kekhasan daerah pun kerap mewarnai pembawaan setiap lagu tersebut. Gambaran lagu-lagu qiro’ah Al Qur’an ini sudah tentu sangat abstrak ketika dituliskan, karena wujud nyatanya memang melalui praktek penerapan lagu-lagu tersebut dalam membawakan ayat-ayat suci Al Qur’an.
Baca juga, Muhammadiyah Umumkan Jadwal Puasa Ramadan 2026, Catat Tanggal Resminya!
Keterbatasan waktu dalam mengikuti musabaqoh tilawatil qur’an (antara 7-8 menit) menjadi para qori dan qori’ah harus pandai-pandai mengatur waktu, dan pandai melakukan pemilihan lagu-lagu mana yang akan dibawakan dengan variasi tertentu. Kepiawaian mengatur waktu dan memilih lagu merupakan poin penting penilaian dari aspek lagu, belum lagi harus diimbangi dengan kualitas suara yang melengking tinggi dan nafas yang cukup panjang. Menjadilah Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) sebagai ajang para mahasiswa untuk zikir dalam kesyahduan ayat-ayat suci Al Qur’an.
Kelekatan hati dan kebiasaan mereka pada Al Qur’an menjadikan aktifitas kesehariannya baik di kampus maupun di masyarakat tidak bisa menjauh dari nilai-nilai Al Qur’an. Al Qur’an menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari.
Pada salah satu teori pendidikan karakter, pendekatan zikir akan nilai-nilai agama adalah pendekatan intuisi. Pendekatan ini dilakukan dengan cara membawa imajinasi dan suasana hati para mahasiswa pada heroisme nilai-nilai Al Qur’an. Affective Moral Development, yaitu menanamkan nilai melalui aras afektif, berupa sentuhan-sentuhan perasaan, imajinasi, dan intuisi. Proses kejiwaan inilah yang terjadi ketika seorang mukmin menyimak menghayati dan meresapi lantunan ayat suci Al Qur’an melalui berbagai lagu-lagu qiro’ah selama MTQ mahasiswa.
Di dalam Al Qur’an (QS 8:2) ditegaskan, “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah mereka yang jika disebut nama Allah, gemetar hatinya dan jika dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakal”.
Ayat ini menjelaskan bahwa pengahayatan intuitif terhadap ayat-ayat Allah merupakan hal penting untuk mengokohkan keimanan seorang muslim. Penghayatan intuitif ini lebih dikenal secara umum sebagai zikir. Di dalam Alquran, kata ‘zikir’ disebut sebanyak 267 kali dengan berbagai bentuk kata (derivasinya). Makna zikir adalah mengingat Allah, dengan sepenuh hati serta menghadirkan di dalam hatinya. Dalam konteks berIslam, maka betapa sangat esensial perilaku berzikir ini, sehingga Rasulullah menegaskan perlunya zikir dalam segala perilaku keseharian kita, di mana pun kita berada.
Imam Aḥmad dan ath–Thabroni dari Sahl bin Mu‘adz bin Anas al-Juhani menyatakan bahwa “Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah : ‘Wahai Rasulullah, siapakah mujahid yang paling besar pahalanya?’ Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak berdzikir kepada Allah.’ Ia kembali bertanya, ‘Lalu siapa di antara orang yang berpuasa yang paling besar pahalanya?’ Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak berdzikir kepada Allah.’ Kemudian ia bertanya lagi tentang shalat, zakat, haji, dan sedekah, dan dalam setiap pertanyaannya, Rasulullah selalu menjawab, ‘Yang paling banyak berdzikir kepada Allah.’ Lalu Abu Bakar radhiyallahu anhu berkata kepada ‘Umar radhiyallāhu ‘anhu, ‘Orang-orang yang berdzikir telah membawa seluruh kebaikan!’ Maka Rasulullah bersabda, ‘Benar”.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha