BeritaKabar Daerah

Ustaz Muhammadiyah Bongkar Tradisi Salah Kaprah dalam Pengurusan Jenazah, Ini Penjelasannya

PWMJATENG.COM, Semarang – Kematian adalah kepastian yang tidak dapat dihindari. Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya, “Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati, dan kepada Allah-lah kamu dikembalikan.” Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa umat Islam sering kali tidak sepenuhnya siap menghadapi prosesi ini. Banyak adat dan kebiasaan setempat bercampur dengan ajaran agama, sehingga menimbulkan kerancuan dalam tata cara pengurusan jenazah.

Fenomena tersebut disoroti oleh Amiril Edi Pranomo dalam pelatihan pengurusan jenazah di Masjid Al Muhajirin, Karangayu, Semarang, Ahad (28/9/2025). Ia menekankan bahwa merawat jenazah merupakan ibadah fitrah yang harus dilakukan sesuai tuntunan Rasulullah SAW, bukan sekadar mengikuti tradisi yang sudah mengakar.

Salah satu praktik yang kerap ditemui di masyarakat adalah penggunaan air kembang saat memandikan jenazah. Menurut Amiril, tradisi itu tidak ada dasarnya dalam syariat Islam.

“Jenazah dimandikan dengan kembang itu murni tradisi, bukan bagian dari syariat. Memandikan jenazah cukup dengan air bersih untuk menghilangkan hadas dan najis. Rasulullah SAW mencontohkan penggunaan air dan daun bidara,” tegasnya.

Amiril yang juga pembina rohani Rumah Sakit Roemani Semarang menambahkan, bunga bukanlah syarat sah. Jika ada bunga, tetapi tata caranya tidak sesuai, hal itu justru bisa menjadi beban, baik dari sisi biaya maupun waktu. “Intinya, kita harus tahu mana yang ibadah dan mana yang hanya adat,” ujarnya.

Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Semarang Barat, Arief Istaman, yang membuka acara itu, menegaskan pentingnya pemahaman fikih dalam merawat jenazah. Menurutnya, mengurus jenazah bukan hanya ritual terakhir, melainkan bentuk solidaritas kemanusiaan sekaligus persiapan menuju akhirat.

Dalam praktiknya, Amiril melihat percampuran tata cara lokal sering membuat proses pensucian jenazah rumit. “Padahal, ajaran Islam justru menghendaki kesederhanaan, kekhusyukan, dan kecepatan,” katanya.

Baca juga, Berita Resmi: Tanfidz Musywil II-III Majelis Tarjih PWM Jawa Tengah

Ia mencontohkan, biaya prosesi adat di beberapa daerah bisa jauh lebih besar daripada tata cara syar’i. Padahal, yang dibutuhkan dalam syariat hanya air, kain kafan, dan tempat pemakaman. Hal ini menunjukkan pentingnya efisiensi serta kesederhanaan agar keluarga tidak semakin terbebani.

Amiril juga menjelaskan prosedur perawatan jenazah secara rinci, mulai dari memandikan dengan niat tulus, mengafani sesuai sunnah, menyolatkan dengan khusyuk, hingga menguburkan dengan doa. Menurutnya, ilmu ini penting agar umat tidak terjerumus dalam dosa kolektif akibat ketidaktahuan.

Salah seorang peserta, Indra Permadi, mengaku sangat terbantu dengan pelatihan ini. “Saya jadi lebih paham tentang praktik perawatan jenazah, terutama soal mengafani yang sering jadi titik lemah,” ucapnya.

Indra berharap ilmu tersebut dapat mengurangi praktik tradisi yang menyimpang di lingkungannya. Ia menilai masyarakat membutuhkan panduan jelas yang sesuai sunnah, bukan hanya mengikuti kebiasaan turun-temurun.

Di akhir acara, Amiril mengajak peserta menyebarkan ilmu dengan cara yang bijak. “Teladani Rasulullah SAW, berdakwah dengan hikmah, nasihat yang lembut, dan perdebatan yang baik,” tuturnya.

Merawat jenazah dengan ikhlas, katanya, akan mendatangkan ridha Allah SWT. Lebih dari itu, umat menjadi siap, berempati, dan teguh dalam keyakinan, sehingga kematian tidak lagi dipandang sebagai beban adat, melainkan momen penuh rahmat.

Kontributor : Agung
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE