Kolom

Dakwah Lingkungan: Menyemai Iman, Merawat Bumi

Dakwah Lingkungan: Menyemai Iman, Merawat Bumi

Oleh : Alvin Qodri Lazuardy (Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah Pegiat Literasi Lingkungan Hidup)

PWMJATENG.COM – Dakwah adalah jantung kehidupan Islam. Tanpanya, Islam tidak akan pernah melintasi benua, menembus generasi, atau hidup di tengah masyarakat. Selama ini dakwah kerap dipersempit hanya pada khutbah Jumat, ceramah, atau pengajian. Padahal, dakwah jauh lebih luas: ia adalah pancaran iman yang hadir dalam pendidikan, penelitian, teknologi, seni, ekonomi, bahkan politik. Karena itu, dakwah bukan hanya tugas ustadz atau kyai. Setiap muslim, dalam bidang apa pun ia berkarya, sejatinya adalah dai.

Dalam tradisi Islam, ada dua wajah dakwah. Pertama, tabligh—menyampaikan ajaran, mengajak, menasihati. Inilah yang paling mudah kita kenali. Namun tabligh sering berhenti pada retorika, seolah tugas mubaligh selesai ketika pesan disampaikan. Wajah kedua justru lebih luas: dakwah sebagai usaha sistematis menanamkan nilai Islam dalam seluruh sektor kehidupan. Dakwah dalam pengertian ini menuntut sistem, strategi, organisasi, dan evaluasi. Inilah yang menjadikan dakwah hadir dalam kenyataan sosial, bukan sekadar gema di ruang masjid.

Salah satu medan dakwah yang kini mendesak adalah lingkungan hidup. Alam bukan sekadar latar tempat manusia beraktivitas; ia adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Sayangnya, kita hidup di tengah krisis: sungai-sungai tercemar, udara penuh polusi, hutan gundul, iklim kian tak menentu. Semua ini bukan kebetulan. Al-Qur’an mengingatkan, kerusakan di darat dan laut terjadi akibat ulah tangan manusia. Dengan kata lain, krisis lingkungan adalah krisis moral, krisis spiritual.

Dakwah lingkungan berarti mengajak manusia kembali pada fitrah: menyadari bahwa bumi adalah amanah, bukan milik pribadi. Tugas kita bukan mengeksploitasi, tetapi merawat. Maka, kerja dakwah lingkungan tidak cukup hanya dengan ceramah atau seruan moral. Ia memerlukan strategi, perencanaan, dan gerakan nyata. Rasulullah saw memberi teladan bagaimana dakwah di Madinah tidak sekadar khutbah, melainkan sistem yang menyentuh seluruh aspek kehidupan masyarakat.

Baca juga, HUT ke-80 Jawa Tengah: Pemprov Gandeng Muhammadiyah, Teken Kerja Sama Strategis

Andi Hakim Nasoetion dalam bukunya Islam dan Lingkungan Hidup (1987) menegaskan bahwa strategi dakwah harus berangkat dari realitas. Pertama, memahami masalah yang dihadapi masyarakat, termasuk kebutuhan dasar sehari-hari. Kedua, menjawab kebutuhan jangka pendek dan panjang secara seimbang. Ketiga, merancang program terpadu yang melibatkan banyak unsur. Keempat, mengedepankan partisipasi masyarakat, karena tanpa keterlibatan mereka, dakwah akan layu sebelum berkembang. Kelima, menjalankan program dengan sistematika pemecahan masalah yang efektif. Keenam, jika menggunakan teknologi, pastikan teknologi itu ramah lingkungan dan sesuai kapasitas masyarakat. Dan ketujuh, menyiapkan pendamping dan motivator agar semangat masyarakat tetap terjaga.

Di sinilah nilai-nilai Islam menemukan aktualisasinya. Tauhid menegaskan bahwa alam adalah ciptaan Allah, maka merusaknya berarti menentang-Nya. Amanah menuntut kita menjaga bumi yang dititipkan. Adil berarti menyeimbangkan hak manusia dengan hak makhluk lain. Khilafah mengingatkan bahwa kita adalah pengelola, bukan penguasa. Dan mashlahah menjadi tujuan akhir: terciptanya kemaslahatan bagi seluruh kehidupan.

Dakwah lingkungan bisa diwujudkan dalam banyak cara. Sebuah khutbah Jumat yang menyinggung pentingnya menjaga air, film pendek tentang bahaya sampah plastik, program tanam pohon di sekolah, atau penelitian kampus tentang energi bersih—semuanya adalah dakwah. Inilah dakwah yang hidup, yang menyentuh persoalan umat di zamannya, dan yang menghadirkan Islam sebagai rahmat bagi semesta.

Menjaga bumi adalah bagian dari menjaga iman. Sebab tanpa bumi yang sehat, kehidupan akan rapuh. Dan tanpa kehidupan, dakwah kehilangan ruang untuk tumbuh. Maka, dakwah lingkungan bukan sekadar pilihan tambahan, melainkan keniscayaan zaman. Sebuah panggilan iman yang mengikat kita semua.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE
#
https://cheersport.at/doc/pkv-games/https://cheersport.at/doc/bandarqq/https://cheersport.at/doc/dominoqq/https://www.acpi.com.br/ls/pkvgames/https://www.acpi.com.br/ls/bandarqq/https://www.acpi.com.br/ls/dominoqq/https://pedidu.com.br/clio/pkvgames/https://pedidu.com.br/clio/bandarqq/https://pedidu.com.br/clio/dominoqq/https://banasqualidade.com.br/mae/pkvgames/https://banasqualidade.com.br/mae/bandarqq/https://banasqualidade.com.br/mae/dominoqq/https://revistas.pge.sp.gov.br/docs/pkvgames/https://revistas.pge.sp.gov.br/docs/bandarqq/https://revistas.pge.sp.gov.br/docs/dominoqq/
https://journal.rtc.bt/https://plenainclusionmadrid.org/salud-mas-facil/
https://prajaiswara.jambiprov.go.id/https://lpm.stital.ac.id/https://digilib.stital.ac.id/https://lpsi.uad.ac.id/https://bsdm.uad.ac.id/https://sipil.teknik.untan.ac.id/