Tokoh

KH. Abu Dardiri: Konsul Abadi Muhammadiyah Banyumas dan Peletak Dasar Kementerian Agama

PWMJATENG.COM – KH. Abu Dardiri mungkin bukan nama yang banyak dikenal publik luas. Namun di lingkup Muhammadiyah, khususnya Banyumas, sosoknya menjadi legenda. Ia dijuluki “Konsul Abadi” Muhammadiyah karena kepemimpinannya yang panjang, visioner, sekaligus penuh pengabdian.

Lahir di Gombong, Kebumen, pada 24 Agustus 1895, jejak masa kecil Abu Dardiri tak banyak terekam. Namun catatan menunjukkan bahwa ia sempat bekerja sebagai pegawai kereta api, lalu berpindah ke pabrik gula yang diduga berada di Kalibagor, Banyumas. Dari sanalah perjalanan hidupnya penuh lika-liku dimulai.

Hidup Sederhana, Ujian Berat

Sekitar 1920, ia diberhentikan dari pekerjaannya di pabrik gula. Kehidupan keluarganya jatuh bangkrut. Istrinya bahkan tak mampu menanak nasi karena tak ada beras yang bisa dibeli. Namun di tengah kesulitan, Abu Dardiri memilih bersandar pada doa. Ia dan istrinya tekun menjalankan shalat hajat selama 40 hari.

Saat sang istri jatuh sakit dan harus dibawa pulang ke Gombong, Abu Dardiri menjual jas satu-satunya demi ongkos perjalanan. Tak disangka, di perjalanan ia bertemu kawan lama yang menawarinya pekerjaan di pabrik gula Solo. Tawaran itu ia terima. Dari sana semangat wirausahanya bangkit lagi. Sambil bekerja, ia berdagang alat ikat tebu. Keuntungan yang terkumpul bukan hanya untuk berobat sang istri, tetapi juga menjadi bekal menunaikan ibadah haji.

Sepulang dari Tanah Suci, Abu Dardiri menekuni usaha percetakan di Purwokerto. Bermodalkan mesin cetak sederhana berbahan batu (steendrukkerij), ia mampu memproduksi 300–500 lembar per hari. Dari percetakan itu, lahir buku-buku kecil tentang Islam.

“Konsul Abadi” Muhammadiyah

Karier organisasinya tak kalah berliku. Tahun 1920 ia memimpin Muhammadiyah Purbalingga. Dua dekade kemudian, saat Muhammadiyah Banyumas menggelar konferensi, namanya melesat. Abu Dardiri memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan konsul, mengalahkan Hasan Mihardja dan Soeparman.

Baca juga, Mohammad Roem: Diplomat Muhammadiyah Asal Temanggung

Sejak 1930 hingga 1963, ia memimpin konsulat Muhammadiyah Banyumas—sebuah struktur setingkat Pimpinan Daerah yang kala itu membawahi Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara. Karena panjangnya masa jabatan, ia mendapat julukan “Konsul Abadi”.Di rumahnya di Jalan Masjid Purwokerto, ia membuka Percetakan Serayu sekaligus menjadikannya kantor Muhammadiyah Banyumas. Dari tempat itu, ia mengoordinasikan cabang dan ranting, serta aktif mewakili Banyumas dalam forum Tanwir di Yogyakarta pada 1951.

Dari Muhammadiyah ke Panggung Nasional

Perannya tak berhenti di organisasi. Pada masa pendudukan Jepang, Abu Dardiri menjabat Kepala Jawatan Agama (Sjumokatyo) Banyumas. Ia mengusulkan agar pelajaran agama diajarkan di sekolah rakyat. Usul itu diterima dan kemudian diperluas ke Karesidenan Kediri dan Pekalongan.

Pasca proklamasi 1945, ia duduk di Komite Nasional Indonesia (KNI) Banyumas. Dalam rapat pleno KNI awal November 1945, Abu Dardiri bersama KH. Saleh Su’aidy ditugaskan memperjuangkan pembentukan Kementerian Agama di forum KNIP Jakarta. Usulnya agar urusan agama dipisahkan dari Kementerian Pengajaran akhirnya diterima.

Pada 3 Januari 1946, Presiden Sukarno menandatangani keputusan berdirinya Kementerian Agama RI. Prof. HM Rasjidi—tokoh Muhammadiyah lain—ditunjuk sebagai Menteri Agama pertama. Abu Dardiri pun tercatat sebagai salah satu pengusul utama lahirnya kementerian tersebut.

Akhir Perjalanan

Setelah puluhan tahun berkhidmat, Abu Dardiri wafat di Purwokerto pada 1 Agustus 1967, dalam usia 72 tahun. Ia meninggalkan dua istri dan lima anak. Di Banyumas, namanya dikenang bukan hanya sebagai pemimpin Muhammadiyah, melainkan juga peletak dasar pendidikan agama di sekolah rakyat dan pejuang lahirnya Kementerian Agama RI.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Artikel disarikan dari website Muhammadiyah.or.id dan beberapa sumber lainnya.

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE
#
https://cheersport.at/doc/pkv-games/https://cheersport.at/doc/bandarqq/https://cheersport.at/doc/dominoqq/
https://journal.rtc.bt/https://accgroup.com/https://pioneer.schooloftomorrow.ph/https://ua.kab.ac.ug/https://plenainclusionmadrid.org/salud-mas-facil/
https://prajaiswara.jambiprov.go.id/https://lpm.stital.ac.id/https://digilib.stital.ac.id/