Khazanah Islam

Khutbah Haji dan Pesan Kemanusiaan Ketua PWM Jateng: Menghidupkan Spirit Arafah di Dunia yang Terluka

PWMJATENG.COM, Bengkulu – Khutbah Jumat Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Tafsir, di Universitas Muhammadiyah Bengkulu belum lama ini menjadi momentum refleksi yang mendalam bagi umat Islam. Dalam khutbah tersebut, Tafsir menegaskan pentingnya mensyukuri nikmat Allah sebagai kunci kebahagiaan. Ia mengajak jamaah untuk senantiasa menguatkan keimanan dan ketakwaan, serta menyadari bahwa hidup manusia tak luput dari kekhilafan, maksiat, dan dosa. Karena itulah, Allah senantiasa mengingatkan manusia agar memperbaharui iman dan taqwa secara berkesinambungan.

Mengawali khutbahnya, Tafsir memaparkan bahwa syukur bukan sekadar ucapan, tetapi merupakan sikap spiritual yang menjadi fondasi ketenteraman jiwa. Ia menegaskan bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah teladan dalam segala aspek kehidupan dan selalu disertai shalawat dan salam oleh umatnya. Seruan ini bukan hanya rutinitas, melainkan seruan untuk meneladani akhlak Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari.

Konteks khutbah semakin relevan dengan berakhirnya musim haji. Tafsir menyampaikan bahwa haji merupakan ibadah yang memiliki dimensi waktu dan tempat secara bersamaan, yakni di Makkah pada bulan Dzulhijjah. “Itulah mengapa pelaksanaan haji sangat terbatas dan memerlukan antrean panjang,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa berbeda dengan umrah yang bisa dilaksanakan kapan saja, haji memiliki waktu yang telah ditentukan, sehingga berjuta umat Islam dari seluruh dunia harus berkumpul dalam waktu dan tempat yang sama.

Ia menyinggung sejarah syariat haji yang diturunkan pada tahun ke-6 Hijriah. Namun, Nabi Muhammad ﷺ baru dapat menunaikan ibadah haji pada tahun ke-9 karena Makkah masih dikuasai oleh rezim kafir Quraisy. “Haji adalah ibadah yang tak bisa digantikan lokasinya. Ia hanya sah jika dilakukan di Makkah,” jelasnya.

Salah satu bagian paling penting dalam khutbah tersebut adalah penekanan pada makna mendalam dari Khutbah Haji Wada’ Rasulullah ﷺ. Di Padang Arafah, Rasulullah menyampaikan pesan yang sangat mendasar dalam peradaban manusia, yaitu tentang kesetaraan, antirasisme, dan persaudaraan universal. Dalam sabdanya, Rasulullah menyatakan:

“يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ، وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، كُلُّكُمْ لِآدَمَ، وَآدَمُ مِنْ تُرَابٍ، إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ، لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى عَجَمِيٍّ، وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ، وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ، وَلَا لِأَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ، إِلَّا بِالتَّقْوَى”

“Wahai manusia, sesungguhnya Tuhan kalian satu dan ayah kalian satu. Kalian semua berasal dari Adam, dan Adam berasal dari tanah. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kalian. Tidak ada kelebihan orang Arab atas orang non-Arab, tidak pula orang kulit merah atas orang kulit hitam, kecuali karena takwa.” (HR. Ahmad)

Baca juga, Kalender Hijriah Global Tunggal

Tafsir menekankan bahwa khutbah ini bukan hanya relevan di masa Rasulullah, tetapi juga menjadi seruan yang sangat penting dalam konteks dunia modern, di mana ketimpangan global, diskriminasi, dan rasisme masih merajalela. “Kita menyaksikan bagaimana bangsa dengan kekuatan ekonomi dan militer menjajah bangsa lain. Seolah-olah kekuasaan memberi hak untuk mengatur umat manusia secara sepihak,” ujarnya.

Ia menyampaikan bahwa apa yang terjadi hari ini di dunia adalah cerminan dari hilangnya spirit Arafah: semangat kesetaraan dan kemanusiaan. Meski dunia telah maju secara teknologi dan informasi, namun sikap diskriminatif masih terjadi di berbagai bidang, bahkan dalam arena olahraga, politik, hingga kehidupan sosial. “Masih banyak perlakuan rasis yang diterima bangsa kulit hitam dari kulit putih. Masih ada negara yang merasa menjadi ‘polisi dunia’ dan meremehkan bangsa lain,” tegasnya.

Tafsir mengajak umat Islam untuk belajar dari semangat Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang menunjukkan bahwa pengorbanan, keikhlasan, dan ketaatan menjadi kunci penghambaan yang sejati. Namun, ia menekankan bahwa Nabi Muhammad ﷺ yang menyempurnakan pesan-pesan kemanusiaan ini dalam bentuk konkret dan menyeluruh. “Nabi tidak hanya mengajarkan ketakwaan secara spiritual, tetapi juga menyuarakan keadilan sosial dan perdamaian antarbangsa,” paparnya.

Sebagai penutup, Ketua PWM Jawa Tengah, Tafsir mengajak umat Islam untuk merenungi tiga tahapan penting dalam mengambil keputusan yang diajarkan Rasulullah, yakni mempertimbangkan, meyakini, dan melaksanakan. Setiap langkah dalam hidup hendaknya dilandasi oleh pertimbangan rasional dan spiritual, bukan sekadar mengikuti arus atau tekanan.

“Islam bukan agama yang kaku, tapi agama yang menuntun manusia untuk berpikir, bertindak, dan berkeadaban. Kita harus menjadi umat yang mampu menegakkan keadilan, baik dalam skala individu maupun global,” tutupnya.

Kontributor : Fadhli Rahmat Wijaya
Ass Editor : Raffi; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE