Kolom

IMM sebagai Laboratorium Intelektual: Merajut Pendidikan Kritis dan Produksi Gagasan Transformatif

IMM sebagai Laboratorium Intelektual: Merajut Pendidikan Kritis dan Produksi Gagasan Transformatif

Oleh: Gigih Restu Pamungkas

PWMJATENG.COM – Sejak awal sejarah pergerakan Indonesia, mahasiswa telah memainkan peran penting dalam mendorong perubahan sosial. Dalam konteks tersebut, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) hadir sebagai organisasi kader yang memiliki peran strategis. IMM tidak hanya menjadi wadah aktivisme mahasiswa, tetapi juga laboratorium intelektual yang membentuk kader berpikir kritis, berlandaskan ideologi Islam, dan bertindak secara transformatif.

IMM menolak model pendidikan gaya bank sebagaimana dikritik oleh Paulo Freire dalam Pendidikan Kaum Tertindas (2008). Sistem kaderisasi yang dikembangkan IMM bersifat dialogis dan partisipatif. Melalui jenjang Darul Arqam Dasar (DAD), Darul Arqam Madya (DAM), dan Darul Arqam Paripurna (DAP), proses pengkaderan IMM tidak bersifat indoktrinatif. Sebaliknya, IMM membuka ruang dialektika yang mendorong tumbuhnya kesadaran kritis terhadap realitas sosial serta pembentukan pola pikir sistematis yang berakar pada nilai-nilai Islam.

Gagasan ini sejatinya merujuk pada pemikiran K.H. Ahmad Dahlan yang memandang pendidikan sebagai jihad pembebasan dari kebodohan dan takhayul. IMM mewarisi semangat ini, sebagaimana ditegaskan oleh Haedar Nashir dalam Muhammadiyah Gerakan Pencerahan (2015), bahwa pendidikan seharusnya mencerahkan akal dan memperkuat iman untuk menjawab tantangan zaman.

Sebagai ruang pendidikan alternatif, IMM membangun budaya literasi dan diskursus kritis melalui berbagai forum seperti halaqah, diskusi buku, dan kajian multidisipliner. Kader didorong untuk mengkritisi pemikiran para tokoh besar seperti Hassan Hanafi, Ali Syari’ati, Muhammad Iqbal, hingga Kuntowijoyo. Farid Fathoni (2016) menyatakan bahwa IMM berperan penting dalam melahirkan intelektual organik yang mampu merespons persoalan umat dengan pendekatan lintas disiplin.

IMM juga mendorong tumbuhnya ijtihad intelektual berbasis nilai-nilai Islam seperti tauhid, keadilan, dan kemaslahatan. Gagasan yang muncul tidak dibiarkan menguap begitu saja, melainkan dilembagakan melalui media tulisan, seperti jurnal, buletin, maupun platform digital. Tradisi menulis menjadi sarana penting dalam menjaga kesinambungan pemikiran kader. Seperti yang pernah dikatakan Pramoedya Ananta Toer, “Menulis adalah cara untuk tidak hilang dari sejarah.”

Selain pilar intelektualitas, humanitas menjadi aspek penting dalam praksis IMM. Setiap gagasan diuji dalam aksi nyata, seperti advokasi masyarakat miskin, pendampingan hukum, pemberdayaan kaum dhuafa, gerakan peduli lingkungan, hingga pendirian rumah baca bagi anak jalanan. Konsep teologi Al-Ma’un tidak berhenti sebagai wacana, melainkan diwujudkan dalam kerja-kerja sosial yang konkret dan membumi.

Memasuki era disrupsi digital, IMM menghadapi tantangan serius. Budaya instan, arus informasi post-truth, hingga politik transaksional menjadi tantangan baru yang harus direspons. Oleh karena itu, IMM perlu memperbarui metode kaderisasi dengan pendekatan yang adaptif. Optimalisasi platform digital untuk menyebarkan gagasan pencerahan harus dilakukan secara kreatif tanpa kehilangan integritas dan kedalaman pemikiran.

Ke depan, IMM akan terus relevan selama mampu menjaga kualitas intelektual dan komitmen moral kadernya. Dengan semangat religiusitas, intelektualitas, dan humanitas, IMM berpeluang menjadi lokomotif perubahan sosial bagi umat, bangsa, dan kemanusiaan secara luas.


Daftar Pustaka:

  1. Freire, Paulo. (2008). Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: LP3ES.
  2. Nashir, Haedar. (2015). Muhammadiyah Gerakan Pencerahan. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
  3. Fathoni, Farid. (2016). Meneguhkan Ideologi Gerakan IMM. Jakarta: Penerbit Buku IMM.
  4. Kuntowijoyo. (2001). Muslim Tanpa Masjid. Bandung: Mizan.
  5. Toer, Pramoedya A. (Kutipan populer): “Orang boleh pandai setinggi langit…”

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE
#
https://adsii.or.id/sdm/pkvgames/https://adsii.or.id/sdm/bandarqq/https://adsii.or.id/sdm/dominoqq/https://lp3ibandaaceh.id/assets/pkvgames/https://lp3ibandaaceh.id/assets/bandarqq/https://lp3ibandaaceh.id/assets/dominoqq/https://www.northforeland.co.uk/js/pkvgames/https://www.northforeland.co.uk/js/bandarqq/https://www.northforeland.co.uk/js/dominoqq/https://argenerasiunggul.id/unggul/pkvgames/https://argenerasiunggul.id/unggul/bandarqq/https://argenerasiunggul.id/unggul/dominoqq/https://beliisuzu.com/cd/pkvgames/https://beliisuzu.com/cd/bandarqq/https://beliisuzu.com/cd/dominoqq/https://cheersport.at/doc/pkv-games/https://cheersport.at/doc/bandarqq/https://cheersport.at/doc/dominoqq/
https://central.nasrda.gov.ng/https://cafe.unmaha.ac.id/https://ejournal.stital.ac.id/