Berita

Temu Nasional Warganet, MPI Jateng Mengusulkan Adanya Media Mainstream

PWMJATENG.COM, YOGYAKARTA – Hampir semua kegiatan yang bersifat ilmiah dan menghadirkan peserta banyak dapat dipastikan ada sesi dialog. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempertajam atau memperjelas setiap materi yang disampaikan oleh penceramah dan itu terjadi juga di acara temu nasional warganet Muhammadiyah pada Kamis – Jum’at (2 – 3/8) di LPMP Sleman, Jogjakarta. Kegiatan yang diprakarsai oleh MPI PP Muhammadiyah tersebut diikuti oleh 152 peserta lebih utusan MPI PWM dan PDM se Indonesia.  Ketika materi ke –  6, sosialisasi dan strategi pencapaian target program unggulan MPI dengan nara sumber jajaran MPI PP terjadilah dialog, pertanyaan yang cukup menarik, utamanya dari MPI PWM yang disampaikan oleh ketuanya, Teguh Hadi Prayitno.

Dia menyatakan Muhammadiyah perlu media mainstream. “ Ada dua media yang kita kenal, yaitu media sosial dan mainstream. Media sosial sudah banyak kita kenal dan dimiliki yang dikelola dengan baik, isinya informasi, berita yang baik – baik saja. Tetapi kita belum punya yang mainstream, jika ada seperti kumparan dan menara62 yang di dalamnya ada orang  – orang Muhammadiyah tapi belum menunjukkan ke duanya itu media mainstream “ kata Teguh dengan gayanya yang khas, mondar mandir dengan suara dan raut muka meyakinkan seluruh peserta.

Bos MPI PWM Jateng itu melanjutkan “ Apa salahnya jika MPI bikin media mainstream yang mampu menyaingi detik com atau kompas. Kita tidak usah membicarakan kebaikan – kebaikan Muhamadiyan yang selama ini ada di media sosial, tetapi topic  tranding yang terangkat kita kupas habis – habisan. Jika ada yang menghantam Muhammadiyah kita harus menjawabnya dengan rasional, elegan  dan mematikan “ tukasnya disambut aplaus sebagian besar beserta.

Sesi dialog yang dipandu oleh Widyastuti semakin gayeng ketika Gubernur MPI PWM Jateng itu menyampaikan saran terkait keberadaan TVMU yang belum ditonton oleh seluruh warga Muhammadiyah, terutama masyarakat kampus yang dinilai cerdas memilih media televisi. “ Dari 177 perguruan tinggi yang dimiliki oleh Muhammadiyah baru 60 PTM yang bersedia nonton TVMU, sisanya mana ? “ tanya Teguh. “ Saya sarankan “ lanjutnya “ Yang 111 PTM itu harus diingatkan oleh Majelis Diktilitbang dengan mengirim surat teguran, jika keberatan nonton TVMU, SK pengangkatan rektor, direktur, ketua harus ditinjau ulang. “ ujar Teguh yang disambut aplaus lebih gemuruh lagi

Temu Nasional Warganet Muhammadiyah berlangsung selama 2 hari dibuka langsung oleh Sekretaris PP Muhammadiyah, Agung Danarto. Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa dunia internet, dunia maya telah menjadi dunia nyata. “ Mungkin 10 tahun yang lalu internet atau warga dunia maya eksistensinya di sebelah mana tidak jelas, termasuk kiprahnya, tetapi sekarang telah menjadi dunia riil yang sedang kita alami, bahkan menjadi pilar utama bagi dunia nyata yang kita alami dan jalani, tidak ada sudut dunia yang tidak bisa disentuh oleh internet. Bahkan jika ingin terjual, dan terpandang harus mampu memanfaatkan tehnologi informasi karena IT sudah mendistruksi semua aspek kehidupan. Dunia yang seakan – akan tidak ada hubunganya dengan IT ternyata sudah terpengaruh luar biasa.” katanya.

Menyinggung Muhammadiyah yang berkemajuan menurut beliau tidak bisa lepas dari teknologi informasi “ Sudah merupkan keharusan Muhammadiyah memasuki dunia baru, teknologi dan informasi. Jika tidak bersedia masuk ke sana, maka label Muhammadiyah berkemajuannya akan hilang, karena simbol kemajuan salah satunya berbasis teknologi “ ujarnya. Kepada seluruh peserta beliau berharap agar mampu memberikan pelajaran tentang internat yang baik dan benar “ Hendaknya warganet memberikan edukasi kepada warga Muhammadiyah agar melek internet, teknologi informasi. “ pinta Agung, karena diakui olehnya, secara jujur Muhammadiyah dalam penguasaan teknologi tidak lebih unggul dibanding dengan sebelah, organisasi tradisional.

“ Jika kita ketinggalan teknologi kontemporer, tetapi mengklaim sebagai organisasi kemajuan, maka simbol itu bagi Muhammadiyah akan pudar “. Agung juga menambahkan perkembangan sosial politik kita telah masuk pada era pasca kebenaran. “ Era post – trunt, pasca kebenaran adalah manakala realitas obyektif  tidak harus lagi dominan dalam mempengaruhi opini publik. Kebenaran aktual, dan obyektif tidak terlalu penting, tetapi lebih mengutamakan merespon persoalan dengan cepat yang didasari oleh emosi, perasaan, suka dan tidak suka. Hal inilah yang sedang kita hadapi, bertentangan dengan agama yang kita yakini kebenarannya.”  Tutup Agung. ( A. Ghofur/Peserta Temu Nasional Warganet Muhammadiyah)

Aji Rustam

Jurnalis MPI PWM Jateng, Wartawan Seniour TribunJateng

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi melalui email.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE