Berita

Meretas Jalan Ke Sekolah, Ditengah Kepungan Covid-19

PWMJATENG.COM, KUDUS – Lebih dari Dua pekan sudah anak-anak melaksanakan kegiatan belajar secara mandiri dirumah. Wabah penularan Virus Corona atau COVID-19 yang sampai hari ini belum menujukkan tren tanda-tanda akan berakhir Sebaliknya justru semakin  mengkhawatirkan. Angka penularan Per 31 Maret 2020 yang sudah terkomfirmasi oleh TIM BNPB sudah menembus angka 1500-an kasus. Maka seiring banyaknya korban yang mulai berjatuhan membutuhkan tindakan responsif dan menyeluruh dari berbagai pihak, berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah dalam penanganan wabah COVID-19  mulai pemberlakuan Sosial Distancing hingga yang terbaru Pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Maka dimungkinkan level interaksi dan Mobilitas sosial kita akan sedikit berkurang dan cenderung menurun.

Sejak ditetapkannya aturan Sosial Distancing dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membawa dampak yang luar biasa diberbagai sektor sehingga tidak bisa dianggap sebelah mata. Dalam sektor ekonomi misalnya terjadi kelangkaan bahan kebutuhan, naiknya harga bahan pokok, nilai Rupiah anjlok dan yang paling ekstrim dapat memicu Krisis Ekonomi. Adapun dari dunia pendidikan sejak pertengahan bulan maret pemerintah memberlakukan kebijakan untuk menghentikan sementara kegiatan belajar-mengajar secara formal mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Kebijakan-kebijakan ini jika tidak direspon dengan baik oleh Lembaga pendidikan maka akan menimbulkan dampak penurunan kualitas yang luarbiasa. Oleh karenanya Lembaga pendidikan harus aktif dan kreatif untuk memberikan pembelajaran alternatif secara maksimal sehingga mampu menumbuhkan semangat dan kreatifitas peserta didik meskipun harus  belajar dirumah.

Dalam hal ini penulis ingin memberikan dua argumen yang mungkin dapat membantu meringankan proses pembelajaran ditengah pusaran wabah pandemi COVID-19. Pertama Masifikasi pembelajaran digital. Upaya mempercepat proses digitalisasi adalah salah satu cara untuk membantu proses Belajar agar lebih efektif dan efisien dengan tetap memperhatikan prinsip etika pembelajaran. Kedua, Pandemi dan Objektifikasi pendidikan keluarga. Dengan adanya kebijakan meliburkan sementara kegiatan belajar-mengajar maka hampir 24 jam seluruh kegiatan dan aktivitas anak berada dirumah, itu artinya mulai bangun tidur dan akan tidur anak berada dibawah pengawasan orang tua, oleh karenanya peran orang tua yang notabene sebagai Asah, Asih dan Asuh dapat terwujud dan termanifestasikan dalam bingkai Pendidikan keluarga.

Masifikasi pembelajaran Digital

Di era revolusi industri 4.0 penggunaan teknologi adalah sebuah keniscayaan, akses yang mudah dan cepat dapat diraih hanya dengan waktu hitungan detik. Penggunaan smartphone sudah menjadi pemandangan umum masyarakat kita, tidak peduli dari kalangan mana, dengan latar belakang pekerjaan apa, atau bahkan dari golongan usia. Dalam beberapa tahun terakhir, sinergisitas antara pembelajaran dengan teknologi dalam dunia pendidikan sudah mulai membumi, mulai dari jenjang pendidikan dasar, menengah, sampai ke perguruan tinggi, meskipun variasi dan fokus pemanfaatannya berbeda-beda.

Ditengah kehawatiran merebaknya penularan virus Covid-19, Memasifkan pembelajaran digital adalah ikhtiyar yang harus segera dilakukan. Kekosongan yang terjadi diberbagai tempat tak terkecuali Institusi Pendidikan harus menjadi cambuk agar senantiasa mencari solusi kreatif dan inovatif dalam kurun waktu yang relatif singkat.  Mensiasati dengan Home Learning memanfaatkan ruang virtual yang tersedia diplatform online seperti Google Classroom, Zoom.us, Microsoft teams, aplikasi Teleconference, youtube dan lain-lain. Dengan harapan pembelajaran digital mampu memberi stimulan dan ruang terbuka untuk anak dalam mengekplorasi, mengasah keterampilan, menilai, menginterpretasi, mencari suatu informasi secara mandiri (Discovery Learning) untuk menghasilkan hasil belajar sesuai kemampuan dan keadaan.

Dilaksnakannya pembelajaran digital sekaligus sebagai upaya meningkatkan keterampilan Guru dalam menggunakan media pembelajaran berbasis digital, sehingga dapat mendukung dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta meningkatkan wawasan dan pengetahuannya, minimal pengetahuan sesuai bidang keilmuannya yang up todate, pengetahuan tentang teori-teori belajar dan metode pembelajaran terbaru.  Aktivitas pembelajaran digital ini dapat tercapai sesuai ekspektasi jika ditunjang dengan peralatan dan sumber SDM yang memadahi, akan tetapi menjadi ketimpangan manakala minimnya dukungan baik aspek peralatan maupun SDM. Oleh karenanya, bijak dalam penggunaan adalah kunci. Guru sebagai fasilitator harus mengerti akan kebutuhan muridnya, jangan sampai wabah COVID-19 justru menjadi jurang pemisah antara guru dan murid. Selalu ciptakan iklim sinergisitas dan kolaborasi dengan satu tujuan tercapainya proses pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menggembirakan

Pandemi, Objektifikasi Pendidikan Keluarga

Sejumlah negara diberbagai belahan dunia sudah menerapkan “Lockdown”, tampak tempat yang biasa ramai kini sepi pengunjung, kota yang biasa padat kini berubah menjadi bak kota hantu. Di indonesia misalnya kota-kota besar seperti Jakarta yang identik dengan kemacetan kini sudah mulai lengang, suasana mirip ketika ditinggal mudik oleh warganya. Situasi ini merupakan respons terhadap Pandemi COVID-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya dan belum tahu sampai kapan akan berakhir.

Strategi pembatasan Sosial bukan berarti tanpa meninggalkan masalah. sektor ekonomi mengalami guncangan, sektor sosial mengalami gradasi akibat ketidakpastian, pun dalam dunia pendidikan. Hari ini banyak sekali orang tua yang mengeluh tidak bisa membagi waktu antara WFH (Work From Home) sekaligus menjadi guru dirumah. Maka, dari itu untuk merespon agar tidak semakin dalam maka diperlukan penegasan dan tupoksi yang jelas dengan cara Objektifikasi pendidikan keluarga.

Dalam konteks pendidikan keluarga, perlu kiranya didudukkan kembali fungsi dan peran keluarga sebagai lembaga pendidikan luar sekolah terkecil dalam masyarakat. Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama, dimana pendidik yang paling bertanggung jawab terhadap perkembangan seorang anak adalah orang tua. Kaidah ini ditetapkan secara kodrati, karena mereka ditakdirkan menjadi orang tua anak yang dilahirkan. Oleh sebab itu di mana dan dalam keadaan bagaimanapun mereka harus menempati posisinya itu, yakni orang yang paling bertanggung jawab dalam mendidik anak.

Dalam hal ini Nucholis Madjid menyatakan betapa pentingnya pendidikan khususnya pendidikan agama yang dilaksanakan dalam lingkungan keluarga. Pendidikan agama di sini bukan hanya sebatas mengajari tata cara ritual peribadatan semata akan tetapi harus dilihat dalam konteks yang lebih luas berdasarkan tujuan dan makna hakikinya, yaitu sebagai upaya mendekatkan (taqarrub) kepada Allah SWT dan membangun budi pekerti yang luhur terhadap sesama manusia (al akhlak al karimah). Oleh sebab itu penekanannya pada kata “pendidikan” bukan “pengajaran”. “Pengajaran” bisa saja diserahkan kepada sekolah/madrasah sebagai lembaga pendidikan formal, tetapi dalam hal “pendidikan” tetap menjadi tanggung jawab orang tua.

Selanjutnya perlu kita sepakati bersama bahwa tingkat keberhasilan dan prestasi anak tidak semua ditentukan oleh lembaga pendidikan formal, bukan pula ditentukan oleh faktor ekonomi keluarga apakah dari keluarga kaya atau miskin, keduanya masih rentan diperdebatkan, akan tetapi pola asih, asuh dan asah dengan rasa kasih sayang dan tanggung jawab ini lah yang tidak bisa dinafikan. Sejatinya pendidikan formal sekolah/madrasah adalah kelanjutan dari pendidikan keluarga, oleh karena itu mari kita maksimalkan pendidikan keluarga dengan memberikan pelayanan yang terbaik demi terwujudnya generasi yang Rabbani. Waallahu a’lam. (HIMAWAN/ PDPM KUDUS)

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi melalui email.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE