Kolom

Manfaatkan Limbah Kotoran Sapi untuk Menyuburkan Ladang Desa Datar

Oleh : Ir. Aman Suyadi MP

DESA Datar adalah salah satu desa dari 19 desa di Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyuma. Memiliki lahan yang  terdiri atas lahan sawah, pekarangan,  pemukiman dan fasilitas umum.  Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani, buruh tani, pedagang, pegawai dan pekerja tidak tetap (buruh harian lepas). Hasil survei menunjukkan bahwa komoditas peternakan banyak diminati warga untuk dijadikan mata pencaharian  daripada komoditas pertanian dan perikanan. Contohnya usaha sapi potong, kambing, ayam dan itik.

Budidaya sapi potong banyak diminati masyarakat desa Datar dikarenakan tersedianya lahan pakan ternak dan lahan gembalaan yang cukup, budidaya sapi potong tergolong mudah dan mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Walaupun masih berskala kecil, budidaya sapi potong sangat membantu mengatasi kesulitan ekonomi masyarakat.

Budidaya sapi potong akan menghasilkan limbah kotoran sapi cukup banyak, berdasarkan parameter teknis maka limbah kotoran sapi yang dihasilkan mencapai  10 kg  (Induk), 6 kg (Dara), 1 kg (Pedet jantan), dan 1 kg (Pedet betina kg) per hari.  Data tersebut menunjukan bahwa, keberhasilan budidaya sapi potong dihadapkan pada produksi limbah kotoran sapi yang cukup banyak. Dampak negatif limbah kotoran sapi yang tidak segera ditangani diantaranya dapat menimbulkan gangguan kesehatan, bau tidak sedap, sumber penyakit, mengotori lingkungan dan mengurangi nilai estetika. Namun, jika ditangani dengan baik limbah kotoran sapi dapat menjadi sumber pupuk yang melimpah.

Selain budidaya sapi potong, budidaya tanaman palawija seperti jagung juga sangat diminati warga desa sehingga berkembang dengan baik, hal ini disebabkan permintaan dan harga jagung cenderung meningkat serta dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Pengembangan budidaya jagung di desa Datar sering dihadapkan pada kelangkaan pupuk kimia (Urea, ZA, SP 36 dan K Cl) khusunya menjelang musim tanam, fluktuasi harga pupuk kimia yang tidak menentu bahkan cenderung tidak terjangkau, penjenuhan tanah karena pemberian pupuk kimia terus menerus sepanjang tahun sehingga berakibat pada menurunnya tingkat kesuburan tanah.

Permasalahan yang dihadapi petani dalam budidaya sapi potong dan budidaya jagung adalah dampak negatif limbah kotoran sapi dan kelangkaan pupuk kimia. Kedua hal tersebut dapat diatasi dengan teknologi sederhana yaitu teknologi pembuatan pupuk kompos. Teknologi tersebut dapat merubah limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik dalam waktu singkat, sehingga limbah kotoran sapi dapat ditangani dengan baik. Penerapan teknologi ini juga mampu menyediakan pupuk kompos dalam jumlah yang melimpah, sehingga bisa mengatasi kelangkaan pupuk untuk budidaya jagung. Dengan demikian penerapan teknologi pembuatan pupuk kompos berimplikasi ganda, yakni tertanganinya limbah kotoran sapi dan tercukupinya kebutuhan pupuk.

Perawal dari permasalahan tersebut maka Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) mengadakan pengabdian masyarakat  untuk memberikan solusi terhadap permasalahan limbah kotoran sapi dan kelangkaan pupuk kimia. Kegiatan ini melibatkan kelompok Tani Surya mentari dan Tani mentari sebagai mitra. Kegiatan ini juga melibatkan dua orang mahasiswa Fakultas Pertanian UMP, Muhammad Choirul Anwar   dan Karina.

Kegiatan pemeberdayaan masyarakat untuk memanfaatkan limbah kotoran sapi menggunakan metode ceramah klasikal dan diskusi terfokus pembuatan bioaktovator, praktik pembuatan pupuk kompos dan budidaya tanaman jagung. Materi yang disampaikan pada saat pembuatan bioaktivator  meliputi; Teknik identifikasi bahan-bahan penyusun bioaktivator, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bioaktivator dan pembuatan bioaktivator.   Sedangkan, materi pembuatan pupuk kompos meliputi; teknik identifikasi bahan penyusun kompos, identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan, pembuatan kompos, pembongkaran dan pengemasan pupuk kompos fermentasi. Berbeda dengan materi yang disampaikan untuk budidaya jagung meliputi : Persiapan tanam, pengolahan tanah,  penanaman, pemberian pupuk kompos, pemeliharaan tanaman jagung, serta panen dan pasca panen jagung.

Demplot pembuatan bioaktivator telah dilaksanakan untuk mentransfer ketrampilan kepada kelompok tani mitra, demplot pembuatan bioaktivator dimulai dari  proses persiapan dan pemilihan bahan, pembuatan adonan bioaktivator, penyaringan dan pencampuran larutan, hingga proses fermentasi selama 28 hari, kegiatan ini mampu menghasilakn 20 liter bioaktivator. Ciri-ciri bioaktivator yang bermutu adalah: memiliki aroma menyengat khas seperti tape, munculnya busa warna putih pada permukaan larutan, berwarna kuning kecoklatan dan tidak mengandung makro fauna. Bioaktivator yang dihasilkan siap digunakan untuk demplot pembuatan kompos.

Demplot pembuatan kompos dimulai dari  proses persiapan dan pemilihan bahan, pembuatan adonan kompos, pengomposan adonan, pengamatan dan pengaturan suhu, pembalikan serta pembongkaran dan pengemasan.  Setelah 30 hari pengomposan kedua kelompok tani mitra mampu menghasilkan pupuk kompos fermentasi sekitar 4,2 ton atau masing-masing kelompok 2,1 ton. Kompos fermentasi dikemas dalam karung plastik (kandi) dan siap digunakan untuk demplot budidaya jagung.

Demplot budidaya tanaman jagung  dilaksanakan di tiga lokasi seluas 86 sangga (6.142 m2), terbagi atas lahan di dusun Datar seluas 45 sangga (3.214,3 m2) dilaksanakan di lahan bekas pertanaman padi,  sedangkan di dusun Gewok I dan II dilaksanakan di lahan bekas pertanaman jagung, di dusun Gewok I seluas  20 sangga (1.428,6 m2)  dan dusun Gewok II seluas 21 sangga (1.500 m2). Demplot budidaya tanaman jagung menggunakan sistem tanpa olah tanah (TOT).  Penanaman dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 2017, cara tanam dengan ditugal, jarak tanam 70cmx30 cm, jumlah benih per lubang 2 butir, hingga umur 14 hari pertumbuhan tanaman jagung terlihat subur dan merata. Tahap kegiatan berikutnya adalah  pemeliharaan tanaman, panen dan pasca panen.

Keberhasilan pelaksanaan kegiatan menunjukkan bahwa telah terjadi transfer pengetahuan, teknologi dan ketrampilan pembuatan bioaktivator,  pembuatan kompos  dan budidaya jagung dari pelaksana pengabdian kepada kelompok tani mitra. Pun dengan hasil ceramah  klasikal telah menunjukkan terjadi peningkatan perilaku sikap dan perilaku pengetahuan yang signifikan, hal ini berarti telah terjadi transfer pengetahuan dan  teknologi dari pemateri kepada peserta telah berhasil. (*)

 

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi melalui email.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE