Kolom

Islam Politik di Antara Tantangan dan Harapan

Oleh Ahmad Zia Khakim, S.H
Aktivis Muhammadiyah, Pegiat Darwis Foundation

jangan pernah orang-orang baik menarik diri dari kehidupan dunia, apabila hal itu terjadi, maka orang-orang dzalimlah yang akan berkuasa (Dr.Haidar Nashir. M.A)
Amartya Sen, penerima nobel bidang ekonomi menyebutkan bahwa demokrasi dapat mengurangi kemiskinan. Pernyataan ini akan terbukti bila pihak legislatif menyuarakan hak-hak orang miskin dan kemudian pihak eksekutif melaksanakan program-programyang efektif untuk mengurangi kemiskinan begitulah idealnya namun nampaknya ini hanya asumsi belaka.

Dalam masa transisi ini, hal itu belum terjadi secara signifikan. Demokrasi
di Indonesia terkesan hanya untuk mereka dengan tingkat kesejahteraan ekonomi yang cukup. Sedangkan bagi golongan ekonomi bawah, demokrasi belum memberikan dampak ekonomi yang positif buat mereka. Inilah tantangan yang harus dihadapi
dalam masa transisi perubahan iklim politik yang gaduh tidak berarah seperti saat ini.

Disaat-saat seperti ini, islam harus mampu tampil sebagai penyejuk suasana yang memanas, islam harus mampu membantu memfasilitasi jawaban Demokrasi di sektor Ekonomi yang masih terkesan menjadi isu kaum elit, sementara ekonomi adalah masalah riil kaum ekonomi bawah yang belum diakomodasi dalam proses demokratisasi kita secara komprehensif dan perhatian penuh, Ini adalah salah satu tantangan terberat yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini dan umat islam Indonesia pada khususnya, Demokrasi dalam arti sebenarnya terkait dengan pemenuhan hak asasi manusia. Dengan demikian ia merupakan fitrah yang harus dikelola agar menghasilkan output yang baik.

Setiap manusia memiliki hak untuk menyampaikan
pendapat, berkumpul, berserikat dan bermasyarakat dan beragama, Dengan demikian, demokrasi pada dasarnya memerlukan aturan main. Aturan main tersebut sesuai dengan nilai- nilai Islam dan sekaligus yang terdapat dalam undang-undang maupun peraturan
pemerintah.

Di masa transisi pergantian pemerintahan, sebagian besar orang ikut andil banyak bicara isu pinggiran, hoax dll. tidak tahu pojok pinggirnya, persoalan yang ia tahu, mereka bebas berbicara, beraspirasi, berdemonstrasi. di alam demokrasi, tanpa berfikir panjang, apakah aspirasi yang disampai akan menghasilkan dampak atau tidak. bahkan Tidak sedikit fakta yang memperlihatkan adanya pengrusakan ketika terjadinya demonstrasi menyampaikan pendapat. Untuk itu orang memerlukan pemahaman yang utuh agar mereka bisa menikmati demokrasi. Demokrasi di masa transisi tanpa adanya sumber daya manusia yang kuat akan mengakibatkan masuknya pengaruh asing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara lagi-lagi kita dihadapkan persoalan SDM dan kedaulatan. Ini adalah tantangan yang cukup berat juga dalam demokrasi yang tengah menapak. Pengaruh asing jelas akan menguntungkan mereka dan kalangan tertentu, belum tentu menguntungkan Indonesia.

Dominannya pengaruh asing justru mematikan demokrasi itu sendiri karena tidak diperbolehkannya perbedaan pendapat yang seharusnya menguntungkan Indonesia.
Standar ganda pihak asing juga akan menjadi penyebab mandulnya demokrasi di Indonesia. Anarkisme yang juga menggejala pasca kejatuhan Soeharto juga menjadi tantangan bagi demokrasi di Indonesia. Anarkisme ini merupakan bom waktu era
Orde Baru yang meledak pada saat ini.

Anarkisme pada saat ini seolah-olah merupakan bagian dari demonstrasi yang sulit dielakkan, dan bahkan kehidupan sehari-hari. Padahal anarkisme justru bertolak belakang dengan hak asasi manusia dan nilai-nilai Islam. Harapan dari adanya demokrasi yang mulai tumbuh adalah ia memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk kemaslahatan umat dan juga bangsa.

Misalnya saja, demokrasi bisa memaksimalkan pengumpulan zakat oleh negara dan distribusinya mampu mengurangi kemiskinan. Disamping itu demokrasi diharapkan bisa menghasilkan pemimpin yang lebih memperhatikan kepentingan rakyat banyak seperti masalah kesehatan dan pendidikan. Tidak hanya itu, demokrasi diharapkan mampu menjadikan negara kuat. Demokrasi di negara yang tidak kuat akan mengalami masa transisi yang panjang. Dan ini sangat merugikan bangsa dan negara. Demokrasi di negara kuat (seperti Amerika) akan berdampak positif bagi rakyat.

Sedangkan demokrasi di negara berkembang seperti Indonesia tanpa menghasilkan negara yang kuat justru tidak akan mampu mensejahterakan rakyatnya. Harapan rakyat banyak tentunya adalah pada masalah kehidupan ekonomi mereka serta bidang kehidupan lainnya. Demokrasi membuka celah berkuasanya para pemimpin yang peduli dengan rakyat dan sebaliknya bisa melahirkan pemimpin yang
buruk. Harapan rakyat akan adanya pemimpin yang peduli di masa demokrasi ini adalah harapan dari implementasi demokrasi itu sendiri.

Di masa transisi ini, implementasi demokrasi masih terbatas pada kebebasan dalam berpolitik, sedangkan masalah ekonomi masih terpinggirkan. Maka muncul kepincangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Politik dan ekonomi adalah dua sisi yang berbeda dalam sekeping mata uang, maka masalah ekonomi pun harus
mendapat perhatian yang serius dalam implementasi demokrasi kita, maka umat islam indonesia harus berperan secara aktive ikut serta mematangkan demokrasitasi negara kita, agar disaat yang sama ketika nanti sudah matang masyarakat indonesia secara umumya sudah siap, selamat menyongsong usia 74 Tahun merdekanya indonesia. mari sama-sama kita persiapkan perubahan di tahun-tahun yang akan datang. demi 100 tahun indonesia gemah ripah lohjinawi, masyarakatnya sejahtera, bahagia, adil, makmur, negaranya maju. (*)

Aji Rustam

Jurnalis MPI PWM Jateng, Wartawan Seniour TribunJateng

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi melalui email.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE