Berita

Dua Siswa SDM 1 Ketelan Gali Potensi di Festival Dalang Cilik 2019

PWMJATENG.COM, SOLO – Upaya menjaga tradisi luhur, menanamkan nilai budaya sejak dini kepada anak bangsa dan menguatkan predikat Kota Solo sebagai Kota Ramah Anak.  Dua siswa SD Muhammadiyah 1 Ketelan meriahkan dan gali potensi di Festival Dalang Cilik 2019 di Pendhapi Gedhe Balaikota Surakarta tanggal 27 – 28 Maret 2019 mulai pukul 08.00 WIB hingga selesai.

Kategori peserta dibagi dalam dua klasifikasi yakni Kelompok A usia SD kelas 1-3 dan Kelompok B usia SD kelas 4-6. Kriteria lainnya yakni anak usia tersebut laki-laki atau perempuan yang bersekolah atau mengikuti sanggar di Surakarta. Jenis wayang yang ditampilkan Wayang Kulit Purwa (Gaya Surakarta).

“Meningkatkan sisi kreativitas di bidang kesenian. Antusiasme peserta yang mengikuti festival luar biasa, yang istimewa dari SD Muh 1 ada Gibran Maheswara Javas S dengan lakon Anoman Obong dan Galen Bianco Hartono, Satria Piningit hari ini adu bakat dan tampil memukau di hadapan hampir ratusan penonton, terdiri dari siswa, wali siswa, tokoh masyarakat, dan budayawan,” Beber Agung Sudarwanto guru ekstrakurikuler seni Pedalangan dan anggota Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang), Rabu (27/3/2019).

Ia mengatakan, kita lahirkan generasi dalang 5.0 Seni tradisional wayang kulit yang notabene mulai tergerus zaman tetap dipupuk dan dilestarikan oleh Pemkot Solo melalui Dinas Kebudayaan.

“Tidak banyak sekolah, yang memiliki alat musik gamelan, mari manfaatkan gamelan bagi siswa secara optimal di Eksrakurikuler agar mereka menjadi generasi unggul, peduli dan tertarik melestarikan warisan budaya,” jelasnya.

Berikut sedikit ikhtisar atau ringkasan dari cerita Anoman Obong. Bermula dari kegelisahan Rama, telah terpisahkan dengan  Shinta. Diutuslah Anoman sebagai Duta untuk mengabarkan keadaan Shinta di Taman Soka. Anoman dengan rasa tanggung jawab berangkat ke Alengka.

Di tengah perjalanan Anoman dihalangi oleh Anggada. Anggada menganggap bahwa, Anoman tidak pantas menjadi Duta. Terjadilah perselisihan dan konflik fisik diantaranya. Berkat kebijakan Anoman, permasalahan itu bisa diatasi tanpa harus menghabisi musuhnya, pepatah jawa mengatakan “menang tanpa ngasorake”.

Ketika menyeberang lautan, Anoman ditelan oleh Siluman Buaya yaitu Wilkathaksini. Setelah ditelan masuk ke lambung Kathaksini, sekuat tenaga Anoman meremas jantung Kathaksini. Tewaslah Kathaksini ditangan Anoman.

Dengan kegigihan dan keberaniaan Anoman sampai di Taman Soka menemui Rekyan Shinta. Anoman menyampaikan cincin Sri Rama sebagai pertanda untuk meyakinkan bahwa Anoman Duta Sri Rama. Diterimalah cincin tersebut oleh Shinta. Sebaliknya Shinta menghaturkan kancing gelung kepada Sri Rama, sebagai pertanda bahwa Anoman telah berhasil sebagai Duta. Diterimalah kancing gelung tersebut yang kemudian akan dihaturkan Rama Wijaya.

 

Untuk membalas kekecewaan Anoman terhadap tindakan Rahwana, maka diputuskan untuk luluh lantakkan Taman Soka. Mengetahui perbuatan Anoman tersebut, Indrajit segera merangket Anoman. Membawa paksa Anoman dihadapan ayahnya, yaitu Rahwana. Seketika Rahwana marah dan memerintahkan Indrajit untuk membakar Anoman ditengah alun-alun Alengka. Api yang menjilat dimanfaatkan Anoman untuk membakar Negara Alengka.

Meskipun demikian Anoman sadar posisi, bahwa kehadirannya sekedar sebagai Duta bukan untuk menghancurkan Negara Alengka Kembalilah Anoman dihadapan Sri Rama dan menceritakan keadaan yang terjadi dan dialaminya.

Sebagai dewan juri, Budi Utomo, M.Sn pun mengungkapkan harapannya. Ia ingin, ke depan lebih disosialisasikan lagi kegiatan seperti ini mungkin ada semacam pra ivent  yang masuk sekolah untuk memberi pengertian nilai-nilai yang terkandung bagi generasi muda dan tidak hanya ditonton, dimengerti sebagian sekolah saja.

“Sangat positif sekali, bahkan saya sebagai dewan juri sangat terharu karena kemampuan anak-anak kelas satu sampai kelas tiga itu kemampuannya di luar perkiraan kami. Jadi secara sabet, lakon, iringan mereka sangat menguasai. Dan ini seharusnya menjadi apresiasi yang bagus buat generasi kita terutama dibidang pedalangan,” ucap Budi, Pembantu Direktur I Akademi Seni Mangkunegaran Solo.

“Mereka yang hadir berusaha menunjukkan kemampuan dan talenta yang bagus. Secara keseluruhan banyak dalang cilik, sehingga seni pedalangan semakin semarak dan ini harus didukung berbagai pihak, sekolahnya, lingkungan keluarga, karena Pedalangan membutuhkan perangkat yang sangat mahal dan untuk belajar mendalang perlu ketrampilan, talenta, kemauan, dan perlu dukungan yang sangat besar,” lanjutnya. (Jatmiko)

Aji Rustam

Jurnalis MPI PWM Jateng, Wartawan Seniour TribunJateng

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi melalui email.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE