Kolom

Daya Nalar, Kreativitas dan Literasi

Oleh : Hendro Susilo, Kepsek SMA Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat- Solo/ Sekretaris MPI Solo

KEBIJAKAN Kementerian Pendidikan Nasional yang menyertakan soal esai 10% pada USBN jenjang SD sampai SMA/SMK mulai tahun 2018 layak diapresiasi. Bentuk soal esai ini dinilai bagus untuk menghadapi tantangan abad ke-21. Memang, langkah untuk mempersiapkan generasi milenial untuk memiliki kompetensi abad ke- 21 perlu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.

Menarik mencermati hasil riset yang dilakukan Noorhaidi Hasan, Guru Besar Islam dan Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga. Penelitian berjudul “Literatur Keislaman Generasi Milenial” diharian Kompas mengungkap fakta literasi generasi milenial. Noorhaidi mengatakan, generasi milenial yang lahir 25 tahun terakhir, dihadapkan pada beragam literatur keislaman seiring dengan karakter budaya digital yang menyajikan segala sesuatunya secara instan.

Walaupun yang diteliti terkait literatur keislaman populer, namun hasil penelitian ini bisa memberikan gambaran umum budaya literasi era milenial. Efek dari budaya instan pada generasi milenial ini adalah mereka menjadi terlalu menyederhanakan masalah karena literatur yang ada bersifat instan.Inilah yang menjadi tantangan dalam kurikulum pendidikan kita. Tantangannya, bisakah pendidikan kita membangun budaya literasi, mampu membangun daya pikir kritis dan logis, serta menumbuhkan daya nalar yang baik ditengah budaya instan?

Tantangan pendidikan abad 21 ditandai oleh masifnya penggunaan teknologi informasi. Kurikulum abad 21 harus menyiapkan kemampuan bagi para siswa untuk memiliki budaya belajar yang baik. Tantangan yang harus dijawab kurikulum pendidikan abad 21 antara lain terkait globalisasi, keberpihakkan  kepada siswa dan belajar, serta perkembangan teknologi yang pesat dan berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan. Untuk menjawabnya, dibutuhkan para guru yang handal dan berkompeten.

Dengan tantangan tersebut, pendidikan harus mampu mewujudkan kompetensi yang dimiliki siswa dalam menghadapi abad 21. Kompetensi tersebut diantaranya kemampuan berfikir kritis dan logis, berfikir dengan nalar yang baik untuk menganalisis, kemampuan memecahkan masalah, keterampilan berkomunikasi dan literasi informasi. Kompetensi siswa tersebut dapat dicapai dengan menghadirkan pembelajaran yang berkualitas serta kreatif, dan tentu sesuai dengan karakter generasi milenial yang sudah menguasai dunia digital.

Ikhtiar Membangun Nalar dan Kreativitas

Pelaksana kurikulum pendidikan di sekolah adalah guru. Kemampuan guru agar mampu menjembatani dan memfasilitasi perkembangan siswa perlu ditingkatkan. Guru harus menjadi virus literasi yang menjadikan mereka para guru mampu untuk memahami ilmu pengetahuan dan teknologi melalui praksis literasi.

Pembelajaran yang dilakukan seorang guru, akan bermakna jika dilakukan berdasarkan kerja otak. Dalam artikel yang ditulis Robert Bala berjudul “Rahasia Mengajar Kreatif” dalam harian Kompas  mengatakan bahwa guru kompeten, akan memusatkan proses penemuan kreativitas mengajar dalam irama otak. Guru harus membiasakan membuat rumusan proses belajar berdasarkan mind map. Artinya, siswa memahami pelajaran dengan menggunakan “peta pikiran” harus menjadi kebiasaan di sekolah.

Kombinasi pelajaran berdasarkan “peta pikiran” dan penyajian yang menyenangkan melalui permainan atau suatu gerak, akan membuat siswa menjadi nyaman belajar dan bebas dari rasa takut. Sebab, irama otak akan bekerja manakala otak memperoleh asupan nutrisi, oksigen, kasih sayang dan informasi. Disinilah pentingnya mendesain kombinasi  pembelajaran dengan mind map, gerak, informasi pengetahuan (akademis) dengan  bebas dari rasa takut untuk siswa di sekolah.

Terkait kebijakan pemerintah tentang USBN yang dikombinasi dengan soal esai bukan sesuatu yang harus ditakuti. Justru sebaliknya, ini harus menjadi kesempatan yang baik untuk guru agar  memampukan diri dalam menghadirkan pembelajaran yang kreatif, dan menumbuhkan daya nalar yang baik bagi siswa. Tantangan teknologi informasi saat ini, harus dimanfaatkan untuk kemajuan pendidikan bagi generasi milenial yang memang sudah akrab dengan digitalisasi.

Terkait hasil penelitian  yang mengungkap sumber informasi digital yang instan dari perkembangan teknologi, hal itu bisa diatasi guru. Caranya, guru harus meningkatkan kemampuan literasi, baik dalam bentuk buku bacaan maupun literasi digital untuk membantu siswa memiliki pola pikir yang mendalam yang menuntun pada kemampuan bernalar siswa.

Dalam persiapan USBN tahun 2018 ini, desain pembelajaran yang berdasarkan peta pikiran, lalu disajikan dengan gerak, baik gerak badan ataupun gerak visualisasi materi yang dikemas menyenangkan (memanfaatkan teknologi), serta tidak menakut-nakuti siswa menjadi kunci dalam pembelajaran agar efektif. Efektif disini disebabkan karena proses pembelajaran mengikuti irama kerja otak.

Jika hal ini dilakukan secara konsisten di dalam proses belajar, maka akan menuntun siswa pada berfikir nalar, logis dan mampu menganalisis. Konon, di masa depan dibutuhkan kompetensi orang yang mampu menganalisa dan memecahkan sebuah problem. Kemampuan ini nampaknya yang akan jadi tujuan dalam kebijakan USBN terdapat soal esai.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Aji Rustam

Jurnalis MPI PWM Jateng, Wartawan Seniour TribunJateng

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi melalui email.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE